PERDAMAIAN DALAM ISLAM Oleh :Drs. H. Tafsir, M.Ag. *)

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt bahwasannya Allah telah melimpahkan nikmat yang sedemikian banyak kepada kita semua, hanya saja seringkali kita tidak mampu mensyukurinya. Karena ketidakmampuan kita dalam mensyukuri nikmat Allah tersebut sehingga sekalipun nikmat tersebut sedemikian melimpah maka kita selalu saja merasa dalam kekurangan, akibatnya kita menjadi gelisah karena ketidak mampuan kita mensyukuri apa yang ada dalam diri kita. Oleh karena itu, Allah swt selalu menekankan kepada kita untuk bersyukur, karena bersyukur adalah salah satu kunci kebahagiaan bagi seseorang.

Shalawat dan salam selalu kita sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad saw yang senantiasa kita harapkan syafaatnya dan juga yang selalu kita jadikan sebagai “Uswah Hasanah”dalam kehidupan kita sehari-hari. Disamping itu, marilah kita berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt karena kita sadar sebagai manusia bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari tidak pernah lepas dari salah dan dosa serta kekeliruan-kekeliruan yang kita lakukan, dimana semua itu bisa menodai ketakwaan kita kepada-Nya. Tidak ada seorangpun di antara kita yang tidak melakukan dosa disamping kebaikan-kebaikan yang pernah kita lakukan, namun di balik itu kita juga sering melakukan keburukan-keburukan sebagai bentuk kemaksiyatan atau pelanggaran kepada Allah swt, dan semua itu bisa menodai ketakwaan kita ke hadirat-Nya. Itulah maka sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt.

Sudah satu abad lebih bangsa Indonesia memiliki moment sejarah yang sangat penting yang kemudian disebut sebagai “Hari Kebangkitan Nasional”, inilah salah satu tonggak sejarah bangsa Indonesia yang kemudian rumusan-rumusan para pendahulu kita itu dijadikan sebagai pondasi dalam berbangsa dan bernegara yang dituangkan dalam dokumen-dokumen sejarah, seperti : Mukadimah UUD 1945.

3 (tiga) halpenting yang terdapat di dalamPembukaan UUD 1945 adalah :

1)Mencerdaskan kehidupan bangsa;

2)Menciptakan perdamaian abadi; dan

3)Keadilan sosial.

Menciptakan perdamaian sangat penting artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, karena perdamaian adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, manusia tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer seperti : sandang, pangan, papan tetapi manusia juga butuh rasa aman dan damai. Itulah maka agama Islam-pun mengajarkan bahwa perdamaian adalah salah satu ajaran pokok yang sangat penting, bahkan Islam itu sendiri salah satu maknanya adalah damai, maka seandainya di antara kita ada yang berkonflik, maka Allah menyuruh kita untuk mendamaikan (fa ashlihu baina akhowaikum). Perdamaian adalah salah satu kebutuhan pokok manusia secara universal.

Umat Islam sebagai mayoritas bangsa Indonesia memiliki kewajiban untuk selalu menjaga perdamaian bangsa ini. Oleh karena itu, sebagai landasan seorang muslim dalam menegakkan perdamaian adalah sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah swt dalam firman-Nya yang artinya :

 “Dan tidaklah Aku utus (Muhammad) kecuali rahmat bagi seluruh alam”.

Disamping itu pada ayat lain Allah swt berfirman :

 “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al Hujurat/49 : 10)

Rahmat di sini memiliki konotasi makna yakni “perdamaian”, karena kasih sayang adalah bagian dari perdamaian, oleh karena itu keberadaan seorang muslim diharapkan akan membawa kedamaian di lingkungan sekirtarnya. Bahkan perdamaian yang disebarkan seorang muslim tidak hanya untuk sesama manusia, tetapi bagi seluruh alam.

Dalam hal ini Rasulullah saw menandaskan bahwa memberikan rasa damai terhadap sesama dan lingkungan adalah salah satu dari indikasi kesempurnaan iman seseorang. Hadist Rasulullah tersebut adalah : “Sungguh, seandainya kita mampu menggabungkan dan mengamalkan 3 (tiga) hal, maka sempurnalah iman kita. Ke-3 (tiga) hal tersebut ialah :

1) Kesadaran diri;kita sadar bahwa apapun yang melekat pada diri kita karena seorang manusia memiliki status yang banyak dalam dirinya. Status yang pasti adalah kita sebagai makhluk Allah, maka sebagai makhluk kita harus sadar tentang apa yang mesti kita lakukan terhadap Sang Khaliq. Di samping sebagai makhluk Allah, kita juga memiliki status lain dimana antara satu dengan yang lain memiliki status yang berbeda, misalnya : ada pejabat ada rakyat, ada pemimpin ada anggota, ada orang kaya ataupun miskin dan seterusnya, yang semua itu merupakan status yang ada pada diri manusia. Maka status itupun menuntut kesadaran kita tentang apa yang mesti kita lakukan dan itulah bagian dari kesadaran diri.

2) Menebar perdamaian untuk seluruh alam;

Sudah menjadi kewajiban seorang muslim yakni menciptakan perdamaian di muka bumi ini, tidak hanya damai untuk diri sendiri, keluarga, ataupun masyarakat di tengah-tengah kita tetapi kedamaian harus dirasakan oleh seluruh alam.

3) Mengorbankan/menginfaq-kan sebagian apa yang kita miliki untuk kebersama an;infak tidak hanya memberikan harta yang kita milikitetapi kita juga bisa berupa waktu, tenaga, fikiran dan apapun yang bisa kita curahkan untuk hal-hal positif lainnya. Masing-masing mesti kita korbankan sebagian bukan secara keseluruhan dalam rangka membangun kebersamaan, karena kebersamaan itu tidak bisa tercipta dan terbangun tanpa pengorbanan dari kita semua. Harus ada yang berani mengorbankan tenaga, fikiran dan tenaga jika ingin kebersamaan dapat tercapai. Disamping itu juga berani mengeluarkan sebagian harta yang kita miliki karena dengan cara itu maka kebersamaan akan terwujud, karena seorang muslim dituntut untuk tidak bakhil tetapi harus rela mengorbankan sebagian apa yang dimilikinya.

Sekalipun demikian, seorang muslim-pun tidak boleh memberikan hartanya secara berlebihan (boros) sehingga menerlantarkan keluarganya sendiri. Maka jalan tengah di antara keduanya adalah bagaimana kita menjadi seorang dermawan yakni di tengah-tengah antara boros dan bakhil.

Oleh karena itu, perdamaian atau rasa damai adalah bagian penting dari kebutuhan manusia di samping kebutuhan primer yang lain, manusia tidak cukup hanya terpenuhi sandang, pangan atau papan, tetapi harus terpenuhi rasa aman dan damai. Maka sudah sewajarnya bahwa menciptakan perdamaian menjadi salah satu amanah yang telah diletakkan oleh para pendahulu kita untuk di implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Demikian khutbah singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.*****

=======================

*) Drs. H. Tafsir, M.Ag.; Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri(UIN) Walisongo Semarang

Leave Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2021-2024, All Rights Reserved