PEMUDA PEMIMPIN MASA DEPAN Oleh : H. Anis Malik Thoha, Lc. MA. Ph.D. *)
PEMUDA PEMIMPIN MASA DEPAN
Oleh : H. Anis Malik Thoha, Lc. MA. Ph.D. *)
Marilah kita senantiasa memanjatkan puja dan puji syukur kita ke hadirat Allah swt atas limpahan berkah dan rahmat-Nya. Mudah-mudahan kita senantiasa diberi kesempatan dan kekuatan untuk memperbarui keimanan dan ketakwaan sehingga dari hari ke hari kulitas diri akan semakin meningkat. Salam serta shalawat mudah-mudahan senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. Beliau adalah mercusuar peradaban, ajarannya akan memandu manusia untuk memberikan warna terbaik bagi sejarah kemanusiaan.
Tidak lupa, melalui khutbah ini khatib mengajak seluruh hadirin untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita di hadapan Allah SWT. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan kesadaran dan kekuatan agar kita mampu menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi perkara-perkara yang menjadi larangan-Nya. Selalu membersamai para hamba-Nya yang shalih dan menjadi bagian dari perjuangan untuk meraih keridhaan-Nya.
Untuk mengalahkan Granada, sebuah kerajaan yang menjadi mercusuar peradaban Islam di Eropa, Ferdinand de Aragon perlu bertahun-tahun untuk mengeksplorasi kekuatan dan kelemahan musuhnya. Perlu strategi jitu dan momentum yang tepat untuk menyerang titik terlemah umat Islam. Kegiatan spionase dipergiat. Dalam tahun pertama pengamatan lapangan, musuh dirasa masih kuat. Indikasinya, adalah masih ada anak-anak yang memiliki semangat baja untuk membela agamanya. Konon sang mata-mata melihat ada seorang anak kecil yang menangis sambil memegang busur ditangannya. Ia heran lalu bertanya : “Nak, apa yang menyebabkan engkau menangis”.
Jawab anak itu : “Aku menangis karena anak panahku tidak mengenai sasaran”. Dengan keheranan sang mata-mata itu bertanya : “Bukankah kamu bisa mencobanya lagi ?”.
Jawaban anak kecil itu cukup menyentakkan : “Jika satu anak panah saya gagal mengenai musuh, akankah musuh mau memberi kesempatan padaku untuk memanahnya lagi ?”.
Demi mendengar laporan tentang semangat api yang dimiliki penduduk Granada, maka Ferdinand mengurungkan serangannya. Itu bukan saat yang tepat, jika anak kecil saja mampu berpikir jauh ke depan demi membela agamanya, apatah lagi kaum tetuanya, demikian pemikiran sang raja Aragon tersebut.
Beberapa masa kemudian, kondisi Granada ternyata telah berubah. Mata-mata Aragon menemukan sebuah fakta yang berbeda. Ia dapati seorang pemuda sedang menangis. Maka ia pun bertanya : “Mengapa kamu menangis?”.
Jawab pemuda itu : “Aku menangis karena kekasihku pergi meninggalkanku”.
Jawaban pemuda tersebut menjadi sebuah momentum bahwa akhir Andalusia telah ditentukan. Inilah masa yang tepat untuk memukul kekuatan Islam yaitu pada saat para pemuda muslim telah dibuai urusan duniawi. Ini adalah masa-masa terlemah, sebab Granada tidak lagi disokong oleh para pemuda tegar dan gagah berani. Hanya tersisa para pemuda cengeng tanpa harga diri. Kekuasaan berganti dan Islam lenyap dari bumi Eropa. Kerajaan yang kuat dan berjaya sebagai pusat ilmu pengetahuan dan benteng terakhir umat Islam itu berhasil diluluhlantakkan dalam sekejap. Kejayaan selama 800-an tahun seolah lenyap hanya dalam hitungan hari. Sungguh, para pemuda adalah salah satu kekuatan utama penopang peradaban.
Sejarah telah mencatat perubahan-perubahan besar yang terjadi di dunia tidak pernah sepi dari peran para pemuda. Potensi-potensi belia ini rupanya menjadi kekuatan yang sangat besar bila memiliki arah yang benar dan berada pada momentum yang tepat. Gerakan yang berisikan para pemuda itulah yang selalu terdepan dalam setiap upaya pembebasan tanah air. Demikian juga, gerakan para pemuda itu selalu menjadi target utama bagi setiap anasir yang hendak merusak suatu bangsa.
Mari mengaca pada sejarah. Betapa kemerdekaan Indonesia lahir dari semangat para pemuda. Demikian juga komunisme era Soekarno 1965-1966, para pemudalah pendobraknya. Hari Mahasiswa Sedunia yang diperingati setiap 21 Februari sebenarnya merupakan hari perlawanan para pemuda di Mesir terhadap pemerintahan yang rusak pada 1946. Mereka yang hari ini tetap tegar melawan Zionisme Internasional di Palestina, juga terdiri dari anak-anak muda.
Hampir jarang ditemukan, sebuah perubahan besar yang tidak dikawal oleh jiwa-jiwa muda itu. Sebab secara fithrah para pemuda memang memiliki semangat dan idealisme yang tinggi. Mereka merupakan motor penggerak utama sebuah perubahan baik secara terorganisir maupun tidak terorganisir. Pada usia ini mereka memasuki fase kehidupan yang dinamis dan sedang menyelesaikan penemuan jati dirinya. Faktor-faktor inilah yang nampaknya memberi support cukup kuat bagi para pemuda untuk menunjukkan eksistensi.
Di sisi lain kehancuran para pemuda juga menjadi indikasi paling kuat dari kerusakan suatu bangsa. Bila pemuda telah rendah adab dan akhlaknya maka alamat bangsa itu sulit untuk berjaya. Jika mereka telah tenggelam dalam syahwat dunia, maka pertanda bangsa itu akan kehilangan pemimpin-pemimpin besar di masa depan. Sebab kecintaan yang terlalu sangat terhadap dunia, akan meniadakan pengorbanan. Tanpa kerelaan untuk melakukan pengorbanan maka banyak tujuan mulia takkan dengan mudah dapat diraih.
Maka tidak heran jika Rasulullah Muhammad mewasiatkan kepada umatnya agar tidak menjadi generasi yang terjangkiti al-wahn, yaitu cinta dunia sehingga takut akan kematian. Jumlah umat Islam pada masa ini banyak namun diremehkan dan selalu menjadi bulan-bulanan di hadapan umat yang lain. Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Hampir saja umat-umat (yang kafir dan sesat) mengepung untuk memangsa kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana para pelahap mengepung makanan dalam piring hidangan”. Kemudian seseorang bertanya : ”Apakah kami pada saat itu sedikit ?”. Rasulullah berkata : ”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagaikan buih yang dibawa oleh air bah. Allah akan menghilangkan rasa takut dari hati musuh kalian dan akan menyematkan ’wahn’ dalam hati kalian. Kemudian seseorang bertanya,”Wahai Rasulullah, apa itu wahn ?”. Rasulullah berkata : ”Cinta dunia dan takut mati”. (HR. Abu Dawud No. 4297 dan Ahmad 5 : 278).
Tidak bisa disangkal, tantangan yang dihadapi oleh para pemuda sungguh sangat berat. Fitnah-fitnah yang tersedia dalam usia tumbuh kembangnya tidak kurang siap memangsa. Dari sisi kejiwaan, sebagian dari para pemuda seringkali bersikap emosional dan mudah bereaksi tanpa mengacuhkan pertimbangan akal. Secara biologis, mereka juga sedang berada dalam usia mematangkan mematut diri ketika harus berhadapan dengan lawan jenis. Banyak diantaranya tumbang berjatuhan karena memperturutkan kecenderungan negatif yang dimilikinya. Belum lagi mereka harus menghadapi ketidakpercayaan sementara golongan tua yang meragukan kemampuannya untuk mengemban suatu amanah.
Tak jarang tekanan dan atau godaan politik turut memanipulasi daya gerak dan laju juang para pemuda. Dalam satu negara yang dipegang oleh suatu kekuasaan yang pragmatis, tidak jarang peran pemuda dibatasi. Mereka dininabobokkan oleh satu partai yang memaksakan kehendak, media yang terus me“wirid”kan pepujian kepada para penguasa. Lembaga-lembaga pendidikan dikontrol secara ketat agar tak lahir jiwa-jiwa baru yang mampu mengubah suasana masa.
Semua itu hanya menunjukkan pada satu hal, yaitu bahwa peran pemuda sangat urgen dan vital. Tidak ada peradaban yang mampu bertahan tanpa ada campur tangan para pemuda. Tidak akan ada suatu bangsa yang bisa berjaya dengan mengabaikan pembentukan kaum muda. Maka tidak heran jika Rasulullah mengungkapkan sabdanya sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak mempunyai shabwah”. (HR. Ahmad : 2/263)
Siapakah para pemuda yang tidak memiliki shabwah itu? Mereka adalah pemuda yang tidak tenggelam memperturutkan hawa nafsunya. Mereka adalah para pemuda dengan kesadaran untuk membiasakan diri melakukan kebaikan dan sekaligus berusaha keras menjauhi keburukan. Di sebalik tuntutan hasrat mereka yang menggelora, keinginan untuk menunjukkan eksistensi agar diakui, dan potensi tergelincir yang cukup menganga, mereka, para pemuda tanpa shabwah itu mampu bertahan. Mereka tetap teguh memegang idealisme, tak larut dalam aliran perubahan, menjadi warna dan justru mewarnai tanpa tercoreng moreng oleh kegelapan jaman. Maka tidak heran jika Allah mengagumi mereka dan perlindungan-Nya senantiasa ada bersama gerak langkah para pemuda tersebut. Rasulullah menyatakan dalam sabdanya sebagai berikut :
“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya :…Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …”. (HR. Bukhari No. 1357 dan Muslim No. 1031)
Para pemuda yang menolak shabwah itulah harapan kita. Mereka yang terlalu larut dalam kecintaan terhadap dunia maka lazimnya pada saat yang sama juga takut terhadap kematian. Oleh karena itu daya pengorbanan mereka dalam menjayakan Islam biasanya kurang bisa diperhitungkan. Oleh karena itu umat Islam perlu mempersiapkan generasi-generasi tangguh yang menjadikan dunia sekedar dalam genggaman dan apabila terlepas tidak mempengaruhi daya juangnya. Menjadikan akhirat berada dalam hati sehingga apa pun persoalan dan tribulasi yang dihadapi tidak akan menyurutkan langkahnya.
Pemuda-pemuda semacam ini justru terdiri dari jiwa-jiwa belia yang menganggap bahwa persoalan kematian itu menjadi pengingat terbaik akan perjumpaannya dengan Allah. Mereka membiasakan diri untuk mengingat apa-apa yang menjadi pemutus semua kenikmatan. Sesuatu yang sudah pasti akan tiba masanya, oleh karena itu tiada alasan untuk ketakutan, apalagi bersikap paranoid terhadapnya.
Allah-lah yang telah menjadikan kehidupan dan kematian. Kepadanya segala yang hidup akan kembali. Kehidupan dan kematian itu sendiri hakikatnya merupakan sebuah ujian. Allah SWT menyatakan dalam firman-Nya sebagai berikut :
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al Mulk/67 : 2)
“Syubbanul Yaum Rijalul Ghad”, demikian pepatah Arab menyebutkan. Para pemuda hari ini merupakan pemimpin-pemimpin di hari esok. Dalam konsep Islam setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Oleh karena itu penting kiranya bagi umat Islam untuk mempersiapkan dan membidani lahirnya pemimpin-pemimpin masa depan. Persoalan-persoalan kehidupan mestinya harus diatur dengan menggunakan konsep yang bersumber dari Allah. Dengan demikian akan tercipta suatu milieu yang mampu mengkondisikan anak-anak, remaja, dan usia dewasa tetap mejalankan kehidupan sesuai dengan fithrah penciptaan.
Bahkan mempersiapkan pemimpin yang berkompeten untuk hari esok juga merupakan kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah oleh umat hari ini. Oleh karena itu pembinaan terhadap kaum pemuda ini harus menjadi salah satu prioritas utama kita.
Tentu pekerjaan semacam ini merupakan proyek besar. Tidak bisa disangga oleh satu dua organisasi atau jamaah saja. Ini merupakan sebuah kerja bersama yang harus disokong oleh semua pihak. Kepemimpinan di berbagai bidang merupakan kebutuhan bersama di masa depan. Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan ini mememrlukan pengertian dari semua pihak. Kesepahaman harus dibangun antar kelompok agar tidak saling menggangu dan merecoki, sebab hakikatnya kita adalah satu tubuh. Sehatnya suatu anggota tubuh akan dirasakan pula oleh anggota tubuh yang lain, demikian juga sebaliknya.
Persatuan umat diperlukan untuk mengawal kerja-kerja besar menyiapkan kepemimpinan di masa depan. Sudah bukan saatnya lagi sesama organisasi Islam menyiapkan kader-kader mudanya dengan gaya doktrinasi sembari menyisipkan warisan rasa curiga terhadap muslim dengan latar belakang organisasi yang berbeda. Sekali lagi perlu khatib tegaskan, bahwa ini adalah kerja bersama.
Melihat perkembangan di kalangan para pemuda kita yang semakin banyak terlena oleh tipu daya dunia. Seiring dengan semakin merebaknya konsep-konsep Barat yang mulai menjangkiti masyarakat Timur. Gaya hidup hedonis, seks bebas, narkoba, gaya pikir liberalis, orientasi seksual menyimpang (LGBT), dan sejumlah persoalan social dan moral lain yang semakin tidak sederhana. Maka upaya menyiapkan kader-kader muda itu sudah seharusnya menjadi prioritas utama. Kita perlu menyiapkan pemuda-pemuda dengan aqidah kuat, akhlak terpuji, daya ilmiah yang tinggi, mampu bergerak menjadi solusi bagi problem kemasyarakatan, mewarisi semangat kebangsaan, memiliki rasa kemanusiaan, dan yang paling penting pribadinya mampu menampilkan Islam dalam bentuk yang lebih hidup dan holistik kepada masyarakat.
Untuk menjawab berbagai persoalan jaman, nampaknya saat ini keberadaan lembaga pengkaderan kepemimpinan Islam sudah harus digagas dan direalisasikan. Lembaga ini akan digawangi dan melibatkan oleh semua elemen umat Islam, lintas ormas, lintas harakah, dan lintas berbagai kepentingan. Ini bukan sekedar sebuah misi untuk membuktikan kelebihan Islam dalam kehidupan, namun sekaligus persoalan eksistensi Islam dalam mengelola peradaban. Sekaligus membuktikan bahwa ukhuwah Islamiyah itu bukan sekedar slogan atau pepesan kosong. Pada titik inilah, kita berusaha untuk membuktikan di hadapan Allah agar beroleh cinta-Nya, bahwa mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, adalah benar adanya. Rasulullah SAW mengungkapkan dalam sabdanya yang artinya :
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan : “Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain. Akan tetapi katakanlah : “Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki mesti terjadi. Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu syetan.” (HR. Muslim).
Pada bagian akhir ini, khatib menekankan kembali, mengingat pentingnya kepeloporan para pemuda Islam sebagai bagian dari upaya menyiapkan kepemimpinan Islam, maka sudah saatnya kita bergerak maju. Bahu-membahu secara bersama untuk mewujudkan tujuan mulia ini. Tidak ada masa depan yang tanpa disiapkan. Jika bukan kita yang menyiapkan masa depan maka umat yang lain yang akan mengambilnya. Jika bukan umat Islam yang menjadi pengampu peradaban, maka dunia akan diatur dengan aturan yang justru banyak pertentangannya dengan konsep-konsep Islam. Allah berfirman yang artinya :
“(dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu ini)”.
Bayangkan, jika segala persoalan kehidupan yang dihadapi setiap jiwa muslim selalu dipandang dengan menggunakan perspektif Islam. Demikian juga dari sisi amaliyahnya. Maka keterwujudan pribadi muslim dan masyarakat Islam bukan lagi sebuah impian. Demikian juga kebersamaan untuk membangun negeri menjadi baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur akan benar-benar terwujud. Pada tahap inilah, lagi-lagi upaya penyiapan pemuda-pemuda Islam menjadi penting dan harus diprioritaskan.
Demikian, semoga ada hikmah dan manfaatnya. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin. ****
————————————–—
*) H. Anis Malik Thoha, Lc. MA. Ph.D.; Rektor Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang
Copyright 2021-2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments