RAMADHAN DAN SANTUN BERKENDARAAN Oleh :dr. H. Affandi Ichsan, Sp PK (K) KKV. M.Ag. *)

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan berbagai kenikmatan Islam, iman, ihsan, dan istiqamahnya kepada kita, termasuk 2 (dua) kenikmatan, yaitu : nikmat kesehatan dan kelonggaran waktu. Karena dengan 2 (dua)

Salam dan salawat mudah-mudahan selalu dicurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw, beserta keluarga, para sahabat, termasuk pengikut-pengikutnya sampai Yaumul Qiyamah.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa perintah Allah swt untuk berpuasa bagi kita di dalam surat Al Baqarah/2 : 183 yang artinya :

 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan terkait ayat tersebut di atas,    yakni :

1) Perintah puasa juga diberikan oleh Allah swt kepada umat-umat terdahulu, sehingga merupakan keuniversalan, ibadah yang tertua bahkan legendaris dan fenomenalis, oleh karena di beberapa ayat yang lain dijelaskan bahwa orang-orang Yahudi, Nasrani, orang-orang Quraisy dan para Nabi terdahulu, seperti : Nabi Musa, Nabi Dawud, Nabi Zakariya, dan Nabi Yahya pun berpuasa. Bahkan bangsa-bangsa lain mengenal ibadah puasa, seperti : Bangsa Mesir, India dan lain-lain. Meski ibadah puasa kita berbeda dengan puasa-puasa mereka, namun substansinya sama yakni sama-sama beribadah kepada Allah sekaligus harus mempunyai nilai kebaikan kepada sesama manusia dan hal ini lebih banyak ditekankan dalam agama Islam.

2) Yang menarik lagi, dalam perintah Allah untuk berpuasa tersebut tidak diturunkan di kota Mekah tetapi 2 (dua) tahun setelah beliau hijrah ke kota Madinah. Jadi kira-kira 12 sampai 13 tahun setelah Nabi menerima wahyu. Lalu kira-kira apa yang menarik ? mari kita coba untuk menelusurinya, antara lain :

  1. Ayat tersebut diturunkan setelah beliau mampu menyatukan kaum Muhajirin dan Anshor secara total baik secara fisik, mental maupun spiritual + 55 % – 60 %. Bahkan menyatu di dalam hubungan darah, nasab, dan keluarga;
  2. Ayat tersebut diturunkan setelah beliau mampu menata, mengatur, dan menyapa kehidupan orang-orang Yahudi dan Nasrani;
  3. Ayat tersebut diturunkan setelah beliau mampu menata, mengatur, dan menyapa kehidupan para penyembah berhala, dengan pengertian lain bahwa setelah beliau mampu menata dan menyapa kehidupan masyarakat Madinah yang relatif heterogen dalam berbagai bidang, yakni : sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain menjadi masyarakat yang menjadi cikal bakal masyarakat Madani.

Dengan demikian perintah puasa tersebut tidak saja berdimensi kepada Allah swt, tetapi juga sekaligus kepada seluruh umat manusia dan alam semesta raya. Puasa yang tidak memiliki nilai dan berdaya guna kepada sesama manusia akan kehilangan makna puasa itu sendiri dan sekaligus orang tersebut tidak mampu merasakan manisnya iman.

Itulah sebabnya Imam Al Ghazali menyatakan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan tarbiyah (pendidikan) dengan sistem yang efektif, sistematis, komphrehensif, berkelanjutan, dan berkesinambungan guna mencapai derajat tertinggi di sisi Allah yaitu Muttaqin.

Guna mencapai derajat Muttaqin maka perlu melewati jenjang/tingkatan sebagai berikut :

1) Muslim;

2) Mukmin;

3) Mukhsin;

4) Muqsit;

5) Mutawakkilin;

6) Mukhbitin; dan

7) Muttaqin.

Namun demikian, 7 (tujuh) tahapan tersebut dalam bulan Ramadhan ini terpotong atau terbaypass menjadi Muttaqin. Dan apapun tingkatannya dengan pensucian jiwa yang kaffah, total dan bukan parsial yakni pensucian jasmani dan rohani, harta dan jabatan, sehingga akan mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Mampu melakukan pengekangan dan pengendalian nafsu antara lain : sabar dan sifat berhati – hati;

2) Mampu memiliki akhlak yang mulia, antara lain : tidak membuat celaka dan merugikan orang lain;

3) Memiliki kejujuran, yakni tidak ingin memiliki hak orang lain;

4) Memiliki amal salih dan ikhlas, antara lain : tidak sombong, cinta kepada fakir miskin, dhuafa’ dan lain-lain.

Hal-hal tersebut dalam ilmu kedokteran disebut sebagai tehnik menstabilkan saraf-saraf otonom yang dikendalikan oleh otak sadar dan otak bawah sadar. Dalam memanggil orang berpuasa-pun Rasulullah cukup bijak, beliau memanggil 2 (dua) kelompok :

1) Orang-orang yang senang berbuat kebaikan;

Pada kelompok ini beliau bersabda : “Wahai orang-orang yang senang berbuat kebaikan, bersyukurlah kamu dan perbanyaklah amal di bulan ini ! karena pada bulan ini Allah memberi pahala yang jauh lebih banyak dan Allah akan mengampuni semua kekuranganmu, sehingga kamu termasuk orang-orang yang Muttaqin”.

2)Kelompok orang yang senang berbuat kemaksiyatan, keonaran dan lain-lain.

Pada kelompok ini beliau bersabda : “Wahai orang yang senang berbuat kemaksiyatan, berhentilah kamu berbuat maksiyat pada bulan ini dan bertaubatlah, berpuasalah kamu di bulan ini ! niscaya Allah akan memberi pahala atas berhentinya kemaksiyatanmu. Allah akan mengampuni atas segala dosa-dosamu dan Allah akan memberi pahala yang lebih atas puasamu. Dengan demikian Allah menggolongkanmu sebagai orang-orang yang Muttaqin”.

Pada minggu ke-3 di bulan Ramadhan ini, tidak bisa dilepaskan dari budaya mudik, budaya santun berkendaraan dan lain-lain. Karena bersumber pada kesabaran, disiplin, hati-hati, sebagai buah dari puasa yang kita laksanakan di bulan suci ini.

Mungkin masih ingat dalam ingatan kita, sebuah peristiwa yang terjadi di Jakarta, ada sebuah mobil yang penuh dengan penumpang tertabrak kereta api listrik di perlintasan rel, kendaraan tersebut mencoba menerobos palang pintu padahal pintu perlintasan sedang bergerak menutup, hingga akhirnya bodi kendaraan tersebut terseret dan terhimpit sejauh 300 meter. Sebanyak 18 dari 24 penumpang tanpa dosa meninggal dunia. Anehnya, kejadian tersebut bukan yang pertama kali tetapi sudah beberapa kali baik roda 2 (dua) maupun roda 4 (empat).

Perlu kita ketahui bahwa keselamatan jiwa seseorang terancam akibat perilaku berlalu lintas di jalan yang tidak tertib dan tidak taat rambu lalu lintas. Padahal, menjaga keselamatan baik diri sendiri maupun orang lain merupakan bagian dari ajaran Islam. Para ahli fiqih mengklasifikasi 5 (lima) pokok yang harus dijaga manusia, yaitu :

1) Menjaga keselamatan agama;

2) Menjaga keselamatan jiwa;

3) Menjaga keselamatan akal;

4) Menjaga keselamatan keturunan; dan

5) Menjaga keselamatan harta.

Ketidak santunan berkendara di jalan raya yang menyebabkan awal terjadinya kecelakaan, ketidak santunan dalam berlalu lintas, semborono, membunyikan klakson yang berlebihan, melaju dengan kecepatan tinggi, gaya yang gagah-gagahan dan tergesa-gesa dalam berkendara merupakan visualisasi/mentalitas pengendara. Sungguh sangat berdosa bagi seseorang yang berbuat sesuatu yang dapat menyebabkan dan mencederai diri sendiri dan orang lain, karena pada hakikatnya apa yang telah dianugerahkan oleh Allah swt kepada kita ini wajib kita syukuri dan sekaligus mampu kita jaga dengan baik.

Allah swt berfirman sebagaimana termaktub di dalam surat Luqman/31 : 18-19 yang berbunyi :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.

Oleh karenanya agama kita Islam sangat keras melarang untuk melakukan perbuatan yang dapat merugikan orang lain, apalagi sampai mengakibatkan orang lain meninggal dunia. Firman Allah dalam surat Al Maidah/5 : 32 menyebutkan :

 “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-Rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”.

Karena ketidak seimbangan antara pemakai jalan dan luasnya jalan raya maka sering terjadi kemacetan lalu lintas, sehingga dalam hal ini pengguna jalan memerlukan kesabaran dan kehati-hatian agar tidak terjadi kecelakaan dan hal-hal yang dapat merugikan para pengguna jalan.

Mari kita kaji kembali Hadist Rasulullah saw berkaitan dengan bulan suci Ramadhan, antara lain :

1) Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman wahtisaban maka akan diampuni seluruh dosa-dosanya yang telah lalu;

2) Allah swt mengampuni dosa manusia antara 3 (tiga) waktu, yakni : antara shalat 5 (lima) waktu, antara Jum’at sampai Jum’at berikutnya, dan antara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya;

3) Surga merindukan 4 (empat) kelompok, yakni : orang yang senang membaca Al Qur’an, orang yang senantiasa mampu menjaga mulutnya, orang yang suka memberi makan orang yang sedang kelaparan, dan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan;

4) Dalam khutbahnya di Madinah di awal puasa Ramadhan, Rasulullah saw berdo’a : “Ya Allah ya Rabb, semoga jangan engkau terima puasanya orang-orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, dan doa tersebut dijawab sendiri oleh Rasulullah saw dengan kalimat “Aamiin”.

Demikian tulisan singkat ini, semoga ada hikmah dan manfaatnya. Aamin ya Rabbal ‘aalamiin. *****

=====================

*)dr. H. Affandi Ichsan, Sp PK (K) KKV, M.Ag.; Ketua Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sadaqah (LAZISBA) Baiturrahman Semarang

Leave Your Comments

Your email address will not be published.

Copyright 2021, All Rights Reserved