MUHARRAM BULAN KEMENANGAN Oleh : Aba Mustaghfiri Asror dikhutbahkan Ah Ahyani,S.IP*)
Dalam kesempatan yang baik ini, marilah kita berikrar untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt, baik di kala suka maupun duka, di kala sendirian maupun di tengah-tengah khalayak ramai. Karena hanya dengan taqwAllah, manusia akan memperoleh kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan lahir maupun batin, kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nur/24 : 52 yang berbunyi :
Artinya : “Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”.
Yang dimaksud dengan takut kepada Allah ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan yang dimaksud dengan takwa ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi.
Bulan Muharram adalah bulan kemenangan bagi siapapun yang berada dalam kebenaran, sebaliknya bulan Muharram adalah bulan naas ataupun bulan sial bagi siapapun yang berjalan di atas kebatilan. Dalam sejarah kita kenal peristiwa-peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 10 Muharram (‘Asyura) sekaligus sebagai petunjuk bahwa yang haq/benar pasti menang, sebaliknya yang batil pasti akan kalah. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain adalah :
1) Nabi Nuh As beserta kaumnya selamat dari amukan air bah (tsunami) yang terjadi selama 6 (enam) bulan lebih. Sedangkan anaknya yang bernama Kan’an dkk yang berada di fihak yang batil, hanyut tenggelam seluruhnya.
2) Nabi Ibrahim As yang berdiri di atas kebenaran, walaupun dibakar dengan api unggun oleh Raja Namrudz beserta bala tentaranya, sedikitpun beliau tidak merasakan panas, sehingga beliau tetap tegar dan selamat. Sedangkan Raja Namrudz beserta bala tentaranya yang berada di fihak pembela kebatilan, kancur berantakan.
3) Nabi Musa As, beliau beserta kaumnya dapat menyeberangi Laut Merah dengan selamat ketika dikejar oleh Raja Fir’aun dan bala tentaranya. Sedangkan Fir’aun sendiri ditenggelamkan oleh Allah di Laut Merah.
Masih banyak lagi kisah tentang kemenangan-kemenangan yang terjadi pada jaman Nabi-Nabi terdahulu pada bulan Muharram.
Beberapa contoh sejarah ini semakin memperkuat keyakinan diri kita bahwa bulan Muharram atau ‘Asyura adalah bulan kemenangan bagi para pembela kebenaran, dan akan menjadi bulan sial bagi pembela kebatilan. Peristiwa-peristiwa ini merupakan sunnatullah yang akan tetap berjalan sampai kapanpun.
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita bagaimana mengisi kegiatan di bulan Muharram ini dengan ibadah, baik ibadah sosial maupun ibadah ritual, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda yang artinya :
“Puasa yang paling utama sesudah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram. Adapun shalat yang paling utama sesudah shalat fardhu adalah shalat malam”. (HR. Muslim).
Menurut petunjuk Rasulullah saw sebelum Allah swt mewajibkan umat Islam puasa di bulan Ramadhan (QS. Al Baqarah/2 : 183), penduduk di Madinah sudah melaksanakan puasa di bulan Muharram, khususnya pada tanggal 9 dan 10 ‘Asyura (biasa disebut Tasu’a dan ‘Asyura) waktu itu beliau juga memerintahkan kepada umat Islam supaya berpuasa di bulan Muharram. Tetapi sesudah Allah swt mewajibkan umat Islam untuk berpuasa di bulan Ramadhan, tentang puasa Muharram ini Rasulullah bersabda yang artinya : “Barangsiapa yang berkehendak silahkan puasa. Barangsiapa tidak berkehendak tinggalkan puasa”. (HR. Bukhari Muslim)
Khusus puasa ‘Asyura (tanggal 10 Muharram) secara spesifik Rasulullah saw memberikan dorongan dengan sabdanya :
“Sesungguhnya beliau ditanya tentang pahala puasa ‘Asyura, beliau menjawab : Puasa ‘Asyura menghapus dosa setahun yang lalu”. (HR. Muslim)
Selain kita puasa secara syariat di bulan mulia ini, kita harus meningkatkan puasa kita menjadi puasa hakikat, yakni pengendalian diri, termasuk di dalamnya adalah pengendalian nafsu amarah. Sebagaimana frman Allah yang berbunyi :
Artinya : “Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang”. (QS. Yusuf/12 : 53)
Kalender Islam yang bernama hijriyah, sesungguhnya mengandung pengertian yang sangat mendalam, yaitu agar setiap insan muslim ketika datang pergantian tahun baru hijriyah meningkatkan semangat hijrah dari sifat-sifat negative ke sifat-sifat positif, dari sifat dan sikap tercela pindah ke sifat dan sikap terpuji, dari perbuatan yang destruktif menuju ke perbuatan yang konstruktif, dari berfikir hanya memikirkan golongannya saja beralih kepada berfikir untuk mensejahterakan umat secara menyeluruh. Pengendalian nafsu inilah yang oleh Rasulullah saw dinyatakan sebagai jihadul akbar atau jihad yang besar.
Keagungan bulan Muharram di samping kita hiasi dengan berpuasa, seharusnya kita hiasi pula dengan bakti social yang dapat dirasakan dirasakan mengurangi sampai pada mengatasi penderitaan ummat. Bakti social ini tidak terbatas dilakukan oleh lembaga-lembaga social, tetapi bisa lewat perusahaan yang kita kelola atau bahkan dapat dilaksanakan secara individual, dimulai dari diri kita sendiri (ibda’ binafsik).
Di kanan kiri kita masih tak terbilang banyaknya kaum fakir miskin yang belum tentu mereka dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Di kota ini setiap hari kita temukan pengemis, anak-anak gelandangan. Mereka meminta belas kasihan, namun seringkali kita cuek, acuh tak acuh, jengkel dan bahkan terbersit su’udzon atas diri mereka. Hamba Allah yang miskin ini banyak sekali kita jumpai di tengah-tengah kota kita, entah mereka tergabung dalam panti asuhan, panti jompo, atau yang terpaksa berkeliaran untuk meminta-minta. Bukankah di dalam harta kita ada hak bagi si miskin, sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta-minta”. (QS. Adz Dzariyat/51 : 19)
Muharram adalah bulan kemenangan bagi umat Islam, umat pembela kebenaran, namun menjadi bulan kehancuran bagi pembela kebatilan. Lalu apakah akan kita biarkan kemenangan yang datang kepada kita ini berlalu begitu saja, tanpa ada usaha memperbaiki amal ibadah untuk meraihnya ?. Ataukah kita termasuk tukang maksiat yang tidak ingin di bulan Syuro ini mengalami kesialan ?. Semuanya tergantung pada diri kita untuk bersikap dan menentukan pilihan.
Kalender Islam dinamakan Hijriyah karena pada tahun itulah Rasulullah saw beseta para sahabatnya melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah, memulai babak baru perjuangan Islam. Mereka meninggalkan Makkah, kota yang dihuni kaum kafir, berhijrah menuju ke kota yang dihuni saudra-saudara mereka yaitu Madinah. Tentang hijrah ini, Rasulullah saw bersabda yang artinya :
“Barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya….” (HR. Bukhari Muslim)
Dari hadist tersebut di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa hanya orang-orang yang berhijrah untuk Allah dan Rasul-Nya sajalah yang akan mendapat kemenangan. Untuk itu di bulan Muharram ini mari kita luruskan niat kita. Apa-apa yang kita lakukan , baik amal ibadah, pekerjaan, harta dan kekuasaan yang kita miliki, anak yang ada dalam asuhan kita marilah semuanya kita niatkan untuk Allah dan Rasul-Nya.
Seraya berdoa, semoga Allah swt mengampunidosa-dosa yang pernah kita lakukan pada tahun-tahun kemarin. Semua itu kita lakukan dalam rangka hijrah, meninggalkan tingkah laku kita yang di mata Allah sangat hina dan menuju amal dan ibadah yang diridhai-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamin. *****
Copyright 2021-2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments