MERAIH HIDUP BAHAGIA Oleh : Abah Mustaghfiri Asror
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
أَلْحَمْدُ لِلَّهِ x 3 أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الْأَمَانَاتِ.وَأَمَرَنَا بِفِعْلِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَتَرْكِ الْمَنْهِيَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ الْأَرَضِيْنَ وَالسَّمَاوَاتِ. وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الدَّرَجَاتِ وَالْمُعْجِزَاتِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَي أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ فِيْ جَمِيْعِ السَّاعَتِ وَالْأَوْقَاتِ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ.أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَي فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ : “مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُ نْثَي وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَوةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ” (النحل/16 : 97).
Salah satu ciri orang-orang yang bertakwa ialah orang yang terus menerus bersyukur kehadlirat Allah SWT dalam situasi yang bagaimanapun sulitnya. Dengan bersyukur kemudahan hidup akan mudah diraih, sebaliknya dengan banyak berkeluh kesah, maka kesulitan-kesulitan dan kesempitan hidup justru akan semakin bertambah.
Berbicara tentang hidup, semua orang hidup pasti ingin meraih hidup bahagia. Orang gila-pun pasti ingin memperoleh kebahagiaan hidup. Bahkan tidak mustahil sebab seseorang menjadi gila adalah karena ingin hidup bahagia, tetapi dia belum tahu apa bahagia itu dan bagaimana caranya memperoleh kebahagiaan hidup itu.
Membaca realita yang ada, orang menentukan norma bahagia itu tidak lepas dari 2 (dua) hal, yaitu :
1.Harta
Orang yang menentukan kebahagiaan hidup dengan menumpuk harta, sejak bangun tidur sampai kembali tidur, seluruh tenaga dan pikirannya konsentrasi kepada bagaimana bisa mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Bahkan dalam tidurnya kadang-kadang mereka sampai mengigau tertawa terbahak-bahak merasa kebahagiaan sudah berada di tangannya.
Mereka lupa bahwa betapa banyak orang yang ingin bahagia lewat pengumpulan harta, harta benda sudah menumpuk sebelum pemiliknya bisa menikmati dia sudah pindah ke jeruji besi atau penderitaan yang lain atau bahkan mendahului panggilan ke alam barzah.
Dalam AlQur’an surat AlQashash Allah swt mengabadikan nama Qorun sebagai orang yang paling kaya, milyarder tingkat dunia, harta sudah menumpuk sebelum ia menikmatinya.
“Maka Kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)”.(QS. AlQashash/28 : 81)
Oleh karena itu, sampai sekarang dan bahkan sampai kapanpun kalau ada orang yang menemukan harta yang banyak dan tidak bertuan, maka disebut dengan Harta Qorun.
Siapa yang nasibnya ingin seperti Qorun?. Kalau ada na’udzubillahi min dzalik.
2.Tahta
Di samping ada orang yang menentukan norma bahagia adalah dengan menumpuk harta, juga sebagian yang lain merasa bahagia bila sudah bisa menduduki jabatan yang tinggi. Mereka menyakini bahwa akan hidup bahagia dengan tahta. Maka untuk meraih tahta itu segala daya upaya difokuskan guna meraih jabatan itu. Injak sana injak sini, sikut sana sikut sini, dusta sana bohong sini, sogok sana sogok sini.
Apakah ketika mereka sudah menduduki tahta yang tinggi sudah bahagia?. Padahal tidak sedikit jumlahnya ketika seseorang sudah berada pada kedudukan yang tinggi, dia jatuh terpuruk dalam kehinaan hidup yang sangat mengerikan.
Sejarah telah membuktikan bahwa Fir’aun yang karena gila pangkat dengan menyatakan :
“Aku adalah Tuhan kalian yang tinggi”. (QS. AnNazi’at/79 : 24)
Ternyata Fir’aun mati dengan sangat mengenaskan, yakni tenggelam di Laut Merah. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah swt :
“Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang dzalim”. (QS. AlQashash/28 : 40)
Tentang bangkai Fir’aun sesudah tenggelam, Allah swt menjelaskannya dalam sebagaimana termakstud di dalam surat Yunus/10 ayat 92 :
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami” (QS. Yunus/10 : 92).
Sumber kebahagiaan adalah di tangan Allah swt untuk menentukan apa dan bagaimana bahagia itu. Allah swt yang menjelaskan di dalam Firman-Nya :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. AnNahl/16 : 97)
Dalam ayat tersebut jelas sekali bahwa norma bahagia atau hayatan thoyyibatan adalah iman dan amal salih.
Menurut para pakar pendidikan, ketika mereka memahami Sabda Rasulullah saw :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَي الْفِطْرَةِ (الحديث)
“Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah” (al-Hadits)
Fitrah di samping bermakna suci dari dosa juga bermakna hampir semua atau mayoritas manusia lahir adalah dalam keadaan iman.
Hubungannya dengan norma kebahagiaan adalah iman dan amal salih, alhamdulillah 90 % lebih manusia lahir membawa bekal iman, kepercayaan bahwa di luar dirinya ada Sang Maha Agung, Maha Kaya, Maha Sempurna dan sebagainya, yakniALLAH SWT.
Karena iman sebagai bekal meraih bahagia sudah ada, tinggal kita lengkapi dengan amal salih. Iman yang dapat membuahkan amal salih bagi diri dan lingkungannya, dan amal salih yang tumbuh dari iman.
Jika kita cermati, 49 kali Allah swt menyebut kalimat Amanu wa ‘amilush sholihat,Menurut Ilmu tata bahasa wawu tersebut adalah huruf/wawu Athof, berfungsi lil jam’i untuk mengumpulkan. Artinyaiman dan amal salih, bukan iman atau amal salih.
Kebahagiaan atau sa’adah atau hayatan thayyibah dapat diraih hanya dengan iman dan amal salih. Orang yang memiliki iman yang teguh, kokoh dan kuat yang dijabarkan dalam bentuk amal salih yang sempurna, dialah orang yang taqwa.
Khulashohnya, seseorang bisa meraih hidup bahagia bila dia haqqa tuqotih = taqwa kepada Allah swt.
Hal ini senafas dengan sebuah syair :
وَلسْتُ أَرَي السَّعَادَةَ جَمْعَ مَالٍ وَلَكِنِ التُّقَي لَهِيَ السَّعِيْدُ
“Aku berprinsip bahwa kebahagiaan itu bukan dengan cara menumpuk harta, tetapi kebahagiaan itu adalah orang yang benar-benar taqwAllah”.
Semoga sekelumit khutbah ini dapat mendorong kita meningkatkan iman dan amal salih yang pada gilirannya kita akan dapat meraih kebahagiaan, baik lahir maupun batin, bahagia di dunia maupun di akhirat.
Aamiin….…Aamiin …….Aamiin ….…Ya Robbal Aalamiin.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم. وقل رب اغفر وارحم وأنت أرحم الراحمين
===========================
Dikhutbahkan oleh : Al Ahyani AR, S.IP.; Kepala Bagian Tata Usaha YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Jawa Tengah
Copyright 2021-2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments