MENGISI KEMERDEKAAN DENGAN MEMBANGUN AKHLAQUL KARIMAH Oleh : Drs. KH. Ali Mukti Abror *)`
Dalam kesempatan ini marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita bisa meninggalkan segala kesibukan dan kegiatan demi melaksanakan perintah Allah yaitu ibadah shalat Jum’at dengan segala rangkaiannya.
kami mengajak saudara-saudaraku untuk senantiasa bertakwa kepada Allah swt dalam arti takwa yang sebenar-benarnya, yakni melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah dan berusaha menjauhi semua larangan-Nya, sehingga takwa tersebut mampu membawa kebahagiaan bagi kita baik di dunia maupun di akhirat.
Baru saja seluruh rakyat Indonesia memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-70, diperingati dengan gegap gempita dan kemeriahan, namun harus kita waspadai adanya tantangan-tantangan saat ini dan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, momentum kemerdekaan mari kita singsingkan lengan baju kita guna menjaga ukhuwah Islamiyah dalam rangka menghadapi tantangan yang lebih dahsyat lagi. Tantangan-tantangan itu antara lain :
1) Adanya teknologi yang canggih;
Hal ini akan bisa mengakibatkan pergesran nilai-nilai agama, nilai agama kalah oleh nilai kebendaan maupun keduniawian. Akibatnya banyak orang yang tidak mempedulikan lagi apakah itu halal ataupun haram, yang penting mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Ibaratnya sekarang ini adalah “serigala makan serigala” atau economic animal. Orang tidak berfikir “besok mau makan apa” ? tetapi “besok mau makan siapa ?”.
Nilai-nilai shalat berjamaah, dzikir, dan sebagainya akan bisa berkurang dengan adanya teknologi yang canggih. Oleh karena itu, manakala kita berharap akan memperoleh ridho Allah swt, maka isilah hati kita ini dengan keimanan dan selalu berdzikir ke hadirat Allah swt.
2) Adanya tantangan zionis internasional;
Zionis internasional biasanya masuk ke Indonesia bersama dengan kaum orientalis, mereka mempunyai misi untuk menghancurkan Islam dengan cara mengadu domba antar umat Islam sendiri, karena mereka merasa takut jika umat Islam selalu menggembar-gemborkan firman Allah yang berbunyi :
Artinya : “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al Hujurat/49 : 10)
Orang-orang zionis Yahudi sangat takut apabila melihat umat Islam bersatu. Oleh karena itu kita jangan sampai terpancing dengan banyaknya aliran-aliran yang tujuannya memecah belah persatuan umat Islam, asalkan aliran atau organisasi tersebut tidak saling menjelek-jelekkan satu sama lain. Kalau kita lihat, dahulu banyak ustadz yang meng-Islam-kan orang kafir, tetapi sekarang justru sebaliknya banyak ustadz mengkafirkan orang Islam. Naudzubillahi min dzalik.
Padahal Rasulullah saw telah mengingatkan melalui sabda beliau yang artinya : “Barang siapa yang mengkafirkan orang beriman, maka dia sendiri justru lebih kafir”. Oleh sebab itu kita harus berhati-hati untuk tidak mudah mengkafirkan orang lain.
Banyak kita jumpai, jika seseorang melaksanakan ibadah tidak sesuai dengan ibadah yang dilakukan maka dicap sebagai : “musyrik atau kafir”, hal ini sungguh sangat berbahaya. Oleh karena itu, kita semua ini adalah saudara, kita bisa saling bersaudara manakala ada persamaan, jangan hanya mencari perbedaan. Contoh : ada orang Islam yang melaksanakan shalat tarawih sebanyak 20 rakaat, namun ada pula yang melaksanakan tarawih 8 rakaat. Hal ini jangan dijadikan perdebatan berkepanjangan, semuanya mesti saling menghargai satu sama lain.
Sekarang ini bukan saatnya untuk memperdebatkan soal perbedaan, kita ini adalah “ummatan wahidatan” (umat yang satu), jika kita ingin mengharap rahmat Allah swt maka kita harus menjaga kesatuan dan persatuan. Sudah banyak contoh di negara-negara Timur Tengah yang diadu domba dengan sesama saudara sehingga negaranya menjadi hancur.
Di samping itu ada upaya untuk menjauhkan nilai-nilai Ke-Islaman pada diri anak-anak muda. Banyak kita jumpai anak-anak muda sekarang ini dalam berpakain tidak mencerminkan ke-Islaman. Begitu pula soal pergaulan, biarpun mereka mengaku Islam tetapi pergaulannya tidak mencerminkan seorang muslim, bahkan melakukan pergaulan bebas, apalagi sekarang ini muncul istilah “prostitusi online”. Ini dilakukan dalam rangka untuk mem-binatang-kan manusia, naudzu billahi min dzalik. Kita harus sadar bahwa itu semua dalam rangka ingin menghancurkan Islam.
3) Adanya era globalisasi;
Era globalisasi adalah menyatu dan bercampur baurnya hal-hal yang berbau politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Ini dapat dikatakan sebagai “perang tanpa senjata” namun hasilnya jauh lebih fatal dibandingkan dengan perang dengan senjata. Oleh karena itu, anak-anak muda di negeri kita ini harus diberi bekal iman yang kuat agar terhindar dari hal-hal yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam jurang kenistaan. Jika bekal iman tidak dibawa, maka bukan tidak mungkin generasi penerus kita di masa yang akan datang akan seperti orang-orang barat yang tidak mengenal budaya sopan santun. Jika ini yang terjadi maka hancurlah budaya kita.
Guna menghadapi tantangan yang semakin dahsyat ini, maka kita khususnya umat Islam segera merapatkan barisan dengan selalu menanamkan keimanan yang kuat dan akhlakul karimah kepada para generasi muda agar tidak terjatuh ke dalam perilaku hedonisme, materialisme, pergaulan bebas dan budaya barat yang tidak sesuai dengan norma-norma ke-Islaman. Oleh sebab itu, marilah kita tanamkan pendidikan agama, pengajian dari rumah ke rumah, mendirikan tempat ibadah sekaligus memakmurkannya. Orang-orang Yahudi sangat senang jika melihat masjid dan musholla sepi dari jamaah, terutama jamaah shalat Shubuh. Kita tahu bahwa 2 (dua) rakaat shalat Fajar pahalanya lebih baik dari dunia seisinya, adapun jamaah shalat Shubuh pahalanya laksana kita beribadah semalam suntuk. SubhanAllah.
Oleh sebab itu, mari kita makmurkan masjid dan musholla dengan meningkatkan shalat berjamaah, khususnya jamaah Isya’ dan Shubuh sehingga syiar Islam benar-benar membahana di bumi ini.
Kita sudah sepakat bahwa kita sangat cinta dengan Islam, Oleh karena itu mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, seberapa besar pengorbanan kita terhadap Islam ?. Cinta kepada keluarga, harta, kedudukan dan sebagainya itu sah-sah saja, akan tetapi cinta kepada Allah swt adalah segala-galanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Munafiqun/63 : 9 yang berbunyi :
Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.
Harta, anak, istri, pangkat, jabatan, kedudukan dan lain sebagainya adalah pemberian Allah yang harus kita syukuri bahkan kita sumbangkan untuk perjuangan Islam. Terkadang kita berfikir terbalik, anak kita minta apa saja kita turuti, sementara 2,5 % untuk jihad fi sabilillah beratnya bukan main.
Maka dari itu mari kita kembali kepada Al Qur’an yang telah mengingatkan kepada kita jangan sampai kita tenggelam oleh cinta dunia akan tetapi malah lupa kepada Allah swt Sang Pemberi nikmat tersebut. Jangan sampai cinta kita kepada anak, istri, harta, jabatan dan sebagainya melebihi rasa cinta kita kepada Allah swt. Allah swt adalah tempat kita memohon dan tempat bergantung untuk selama-lamanya.
Mudah-mudahan kita semua mampu menghadapi tantangan di masa depan yang makin menantang ini dengan tetap berpegang teguh hanya kepada Allah swt dan Rasul-Nya (Al Qur’an dan Al Hadits) serta memohon agar kita selalu mendapatkan bimbingan, taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kelak kita akan selamat di dunia dan di akhirat kelak. Amin ya Rabbal ‘alamin. *****
Copyright 2021, All Rights Reserved