MENGHINDARI KESALAHAN DAN KEKHILAFAN Oleh : Drs. Musadat Masykur*)
Khutbah Jum’at di Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima Semarang, tanggal 09 Agustus 2013 M / 02 Syawal 1434 H
Semua manusia mempunyai sifat lupa, keliru, dan salah. Manusia dalam bahasa Arab disebut dengan “Insan” yang berasal dari kata “nasiya” yang berarti lupa. Ada pepatah yang mengatakan : “Al Insanu makhallul khotho’ wa an nisyan” (Manusia itu tempatnya salah dan lupa). Itulah manusia, tidak seperti Malaikat. Lain halnya dengan Nabi atau Rasul, mereka memang sama seperti halnya kita yakni manusia tetapi para Nabi dan Rasul diberi sifat Ma’shum (terjaga dan terhindar dari perbuatan jelek), sehingga setiap kali melakukan kekhilafan dan kesalahan langsung diingatkan oleh Allah swt.
Adapun manusia pasti tidak akan terhindar dari salah dan khilaf, dalam sebuah hadist disebutkan : “Setiap anak Adam mempunyai kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah bertaubat”. (HR. Turmudzi & Ibnu Majah).
Seseorang berbuat salah dan khilaf, dikarenakan ada beberapa hal, yakni :
1)Karena manusia memiliki hawa nafsu, mengekang hawa nafsu jauh lebih berat dbandingkan dengan perang di medan tempur. Oleh karenanya hawa nafsu harus mampu kita kontrol agar kita terhindar dari perbuatan tercela. Kontrol hawa nafsu adalah dengan bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah swt). Allah swt berfirman di dalam surat Yusuf/12 : 53 yang berbunyi :
Artinya : “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
2) Karena manusia terlalu cinta pada dunia; sehingga dia tidak sadar karena telah diperbudak oleh keduniawiaan. Pangkat/jabatan menjadikan manusia lupa diri padahal tanpa disadarinya dia telah menyalah gunakan amanah pemberian dari Allah swt. Di samping itu manusia suka lupa manakala dia dikelilingi oleh para wanita. Dunia ini serasa akan runtuh manakala manusia sudah terlena oleh harta, tahta, dan wanita.
Oleh karenanya maka sebagai manusia kita jangan sampai lupa terhadap tugas dan tanggung jawab kita tatkala diamanati oleh Allah, jangan sampai urusan duniawi mengalahkan urusan ukhrowi. Dalam hal kesenangan duniawi, Allah swt berfirman yang berbunyi :
Artinya : “Dijadikan indah pada pandangan manusia dan kecintaan pada apa-apa yang diinginkan, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. (QS. Ali Imran/3 : 14)
3) Karena manusia kurang pertimbangan akal; akal mempunyai peran yang sangat penting dalam membedakan mana yang benar dan yang salah. Itulah keistimewaan manusia, dimana Allah membekali kita dengan nikmat yang disebut dengan “akal”. Dalam surat Ath Thin disebutkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk, artinya bahwa nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah tersebut harus dapat kita maksimalkan dengan memperbanyak tasyakur ke hadirat-Nya.
Dengan diberikannya akal dimaksudkan agar kita mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan yang logis sesuai petunjuk Allah dan para Rasul-Nya, di samping itu dengan akal maka akan mampu menerangi jiwa lantaran kita dapat membedakan mana yang masuk akal dan mana yang tidak masuk akal.
4) Karena manusia tidak mau belajar dari kesalahan yang telah ia perbuat; oleh karenanya mari kita belajar dari kesalahan dan jangan mengulangi kesalahan yang pernah kita lakukan agar kelak kita menjadi manusia yang luhur budi pekertinya dan bersih dari segala noda dan dosa. Dalam hal ini Allah swt berfirman yang berbunyi :
Artinya : “Dan orang-orang yang apabila berbuat keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah ? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surge yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal”. (QS. Ali Imran/3 : 135-136)
5) Karena manusia tidak membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik.
Allah swt sudah memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam hal kebajikan, namun sayangnya 1000 jalan kebaikan yang dapat ditempuh guna mendapatkan kemuliaan di hadapan Allah swt, tetapi justru kebanyakan dari manusia menempuh jalan yang sesat.
Kesimpulan dari uraian tersebut di atas, yaitu :
a) Kekhilafan/kesalahan merupakan sifat yang selalu ada pada diri manusia, namun demikian kekhilafan/kesalahan tersebut dapat dinetralisir dengan melakukan amal kebaikan dan berjanji pada diri sendiri bahwa kita tidak akan mengulangi perbuatan salah tersebut, serta memperbanyak taubat ke hadirat Allah swt.
b) Guna menghindari kesalahan/kekhilafan, maka kita harus berupaya sekuat tenaga untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu yang mampu menjerumuskan kita pada jurang kenistaan dengan cara berdzikir (mengingat) Allah di mana dan kapan saja kita berada.
Dengan demikian, insya-Allah niscaya kita akan terhindar dari langkah-langkah syaitan musuh abadi kita. Mudah-mudahan Allah swt senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk, hidayah, dan inayah kepada kita. Amin ya Rabbal ‘alamin. *****
=========================
*) Drs. Musadat Masykur; Kepala SD Hj. Isriati Baiturrahman 2 Semarang
Copyright 2021-2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments