MAKNA TAUBATAN NASHUHA Oleh : Dr. H. Noor Achmad, MA. *)

Marilah kita bersama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt karena hanya dengan jalan itulah ada jaminan kembali ke hadirat Allah dalam keadaan Islam. Allah swt mengingatkan hal tersebut sebagaimana firman-Nya yang berbunyi :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dengan takwa yang sesungguh-sungguhnya dan janganlah kamu meninggal kecuali meninggal dalam keadaan sebagai muslim”. (QS. Ali Imran/3 : 102)

Ayat di atas mengandung makna bahwa mati dalam keadaan Islam adalah menjadi bagian yang paling utama dalam hidup kita ini, hal ini berarti bahwa ada jaminan dari Allah swt yakni surga dan semoga kita termasuk dalam golongan ahli surga. Amin.

Tema ini adalah “Makna Taubatan Nashuha”, Apakah arti dari Taubatan Nashuha itu ? Jika kita kembali kepada lafadz “taubat” maka kata itu terdiri atas huruf : ta’, wawu, dan ba’, yang artinya : kembali. Orang-orang yang ta’ibin adalah mereka yang kembali, Allah adalah At Tawwab (selalu kembali) guna mendekati hamba-hambaNya agar melakukan taubat. Allah selalu memberikan kesempatan kepada semua hamba-hambaNya untuk kembali kepada-Nya dengan berbagai macam cara.

Salah satu cara bertaubat yang termaktub dalam Al Qur’an adalah sebagai firman Allah yang berbunyi :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya), mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan : “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At Tahrim/66 : 8)

Firman Allah swt tersebut adalah satu-satunya perintah di dalam Al Qur’an tentang “taubatan nashuha”, artinya taubat yang semurni-murninya dan seikhlas-ikhlasnya. Manusia tempatnya salah dan khilaf, kita semua hampir pasti banyak melakukan dosa tetapi tidak berarti bahwa kejelekan dan dosa-dosa itu tidak bisa dihapus oleh Allah swt, karena Allah adalah At Tawwab (Maha Penerima Taubat). Allah selalu berulang-ulang justru mendekati hamba-hambaNya untuk menerima taubat darinya.

Dengan demikian ada satu proses yang sebenarnya dari ayat tersebut bahwa Allah swt sangat aktif memberikan kesempatan kepada hamba-hambaNya untuk bertaubat dengan berbagai cara, misalnya : melakukan sesuatu yang baik dan meninggalkan sesuatu yang tidak baik dengan memberikan peringatan dan kabar gembira kepada hamba-Nya. Namun harus kita ingat bahwa tidak semua taubat yang dilakukan oleh manusia diterima oleh Allah swt, dalam surat An Nisa/4 : 18 Allah berfirman :

Artinya : “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa ada taubat yang tidak akan diterima oleh Allah swt, yaitu tatkala dia bertaubat saat ajal menjemput dengan menyebut : inni tubtul an (sesungguhnya saya bertaubat sekarang), tidak ada kesempatan lagi bagi manusia yang melakukan perbuatan jelek ketika menjelang sakaratul maut untuk bertaubat, Allah swt telah menutup pintu taubatnya. Proses yang demikian ini banyak dialami oleh manusia, semoga kita terhindar dari perbuatan tersebut. Na’udzu billahi min dzalik. Pada saat sakaratul maut manusia akan diperlihatkan tentang apa yang telah diperbuat tatkala hidup di dunia, pada saat itu pula sejuta penyesalan tiada artinya sama sekali.

Demikian juga taubatnya orang-orang yang sampai akhir hayatnya masih kafir, maka Allah menutup rapat-rapat pintu taubat baginya. Jadi ada 2 (dua) kelompok manusia yang tidak akan diterima pintu taubatnya di hadapan Allah swt, yaitu : pada saat sakaratul maut dan orang yang mati dalam keadaan masih kafir.

Allah swt memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada hamba-Nya untuk bertaubat selagi maut belum menjemput, sebagaimana firman Allah yang berbunyi :

Artinya : “….Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. Al Baqarah/2 : 222)

Disamping itu, setelah manusia melakukan perbuatan jelek maka diperintahkan untuk segera mengikutinya dengan keimanan dan amal salih, dengan demikian insya-Allah seluruh perbuatan jelek itu akan dihapus oleh Allah swt dan diganti dengan kebaikan.

Proses ini apakah mudah untuk kita lakukan ? jawabannya tentu saja “bisa” dan “tidak”, apa yang kita alami dan yang kita hadapi dalam kehidupan kita sekarang ini begitu banyak dan bahkan menguji keimanan kita. Kejahatan senantiasa mengintai di sekeliling kita dan jika kita tidak hati-hati maka akan mudah terjebak masuk ke dalamnya dengan berbagai model, manusia menghambakan diri, harta, jabatan, anak-anak dan kemewahan dunia, sehingga bisa jadi jika hal ini terus dibawa sampai mati maka Allah swt tidak akan pernah menerima taubat hamba tersebut. Maka perintah Allah adalah bagaimana kita menggunakan keimanan dan amal salih kita itu pada setiap harinya untuk kita hitung sendiri. Firman Allah dalam surat An Nashr/110 : 1 yang berbunyi :

Artinya : “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima Taubat”.

Jika kita mau kembali kepada Allah setiap hari maka insya-Allah kita akan kembali kepada-Nya dalam keadaan yang suci setiap harinya. Dengan begitu banyaknya kenikmatan yang telah kita terima, belum tentu kita mampu menggunakan kenikmatan itu sebagai bagian dari amal yang mampu memperkuat keimanan kita. Maka, dengan demikian ayat yang berkaitan dengan taubatan nashuha diawali terlebih dahulu oleh firman Allah dalam surat At Tahrim/66 : 6 yang berbunyi :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintah-kan”.

Sebelum berbicara tentang taubatan nashuha maka mesti diawali dengan ayat tersebut di atas yakni bagaimana kita harus mampu memelihara diri dan keluarga kita dari api siksa neraka, artinya kita harus mampu memfilter kehidupan kita dari perbuatan maksiat, jangan sampai pada saat ajal tiba justru melakukan perbuatan tercela karena ajal kapanpun akan datang tanpa permisi. Tetapi manakala kita telah mempersiapkan diri dengan baik dan melandasi dengan keimanan maka insya-Allah kita akan termasuk ke dalam golongan tawwabin yakni kembali kepada Allah dalam keadaan iman dan Islam.

Jika sudah demikian, maka kita akan kembali sebagaimana yang digambarkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :

Artinya : “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku”. (QS. Al Fajr/89 : 27-30)

Setiap manusia pasti bercita-cita kembali ke hadirat Allah dalam keadaan hati yang puas dan memperoleh ridho dari-Nya. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang mendapat predikat sebagaimana firman Allah tersebut di atas. Amin ya Robbal ‘alamin.

Leave Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2021-2024, All Rights Reserved