MAKNA NIKMAT KEMERDEKAAN Oleh :KH. Dr. Ahmad Darodji, M.Si. *)
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah dan berusaha untuk meningkatkan ketakwaan kepada-Nya, pada sisa usia kita dimana kita tidak tahu kapan akan berakhir mari kita berupaya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt dengan cara mengikuti seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua laranganNya. Mumpung kita masih diparingi usia panjang karena kita tidak pernah tahu kapan berakhirnya.
Jika kita membaca koran/media lainnya, Allah mencabut nyawa hamba-Nya dengan tiba-tiba yakni salah seorang pejabat pemerintah. Sebagaimana kita tahu bahwa kematian pasti akan menimpa semua orang dan tidak pilih kasih baik itu pejabat, pengusaha, orang kaya, orang miskin, rakyat jelata dan sebagainya semua akan mengalami apa disebut dengan “kematian”.
Oleh karena itu, mumpung kematian belum datang menimpa kita maka mari kita gunakan kesempatan ini untuk melakukan hal-hal yang positif, bertutur kata yang baik, sebagaimana firman Allah swt yang artinya :
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”.
Mari kita selalu bertutur kata yang baik, lembut, dan benar sekaligus berusaha untuk meminta maaf kepada orang yang telah kita dzalimi, karena itu semua lebih baik dibandingkan dengan sodaqoh yang diiringi dengan perkataan yang tidak baik di kemudian hari. Di antara yang patut dan harus kita syukuri adalah karena kita telah memasuki 71 tahun Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Bagaimana kita menyaksikan dan membaca sejarah para pejuang dalam merebut kemerdekaan ini berjuang dengan begitu dahsyat, mengorbankan jiwa dan raga melawan penjajah, bahkan mereka tidur di sembarang tempat, seperti : di hutan belantara beralaskan bumi (tanah) dan beratapkan langit, sambil terus bergerilya siang dan malam dalam rangka meraih kemerdekaan sebagaimana yang kita nikmati sekarang ini.
Berjuang dengan penuh keprihatinan, tidak tentu apa yang harus dimakan setiap harinya, itupun jika ada yang bisa dimakan padahal terkadang harus menahan lapar sampai beberapa hari karena keterbatasan bahan makanan.
Bahkan untuk berjalanpun para pejuang mesti ekstra hati-hati karena salah langkah saja akan berakibat fatal, seperti : menginjak granat, amunisi, dan sejenisnya. Oleh karena itu mari kita syukuri betul nikmat kemerdekaan ini sebagaimana firman Allah swt dalam surat Ibrahim/14 : 7 yang artinya :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”.
Gusti Allah sudah mengumumkan dan sekaligus berjanji bahwa jika kita bersyukur atas semua nikmat yang telah dikaruniakan Allah maka pasti Allah akan menambah nikmat tersebut, namun jika kita kufur atas nikmat tersebut maka siksa Allah yang amat pedih akan menimpa kita. Naudzubillahi min dzalik.
Lalu bagaimana cara kita bersyukur ? antara lain bahwa Allah swt sudah memberikan karunia kepada kita yang tiada tara ini, mulai yang melekat pada tubuh kita, makanan yang kita makan setiap hari dan nikmat-nikmat lain dimana kita tidak akan mampu untuk menghitungnya, termasuk jabatan yang saat ini kita emban adalah semata-mata atas pemberian Allah swt.
Setelah nikmat tersebut kita peroleh, maka kita harus mampu mengelola dan mempergunakannya sesuai perintah Allah dan tuntunan yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Sangat banyak sekali nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita, sehingga jika kita hitung maka tidak mungkin kita akan mampu menghitungnya. Firman Allah swt yang artinya :
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nahl/16 : 18)
Nikmat yang menempel pada tubuh kita, antara lain : mata; mari kita gunakan mata ini untuk melihat sesuatu yang baik, kita diparingi telinga oleh Allah maka gunakan untuk mendengar yang baik-baik, kita diparingi mulut; gunakan untuk bertutur kata yang baik, kita dianugerahi tangan; gunakan untuk memegang hal-hal yang baik, kita dianugerahi kaki; gunakan untuk melangkah pada hal yang baik-baik saja dan masih banyak lagi nikmat yang tidak bisa kita hitung.
Selanjutnya mari kita ikut menyebar luaskan kenikmatan tersebut kepada yang lain, sebagaimana firman Allah di dalam surat Ad Dhuha/93 : 11 yang artinya :
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan”.
Jika kita memperoleh kenikmatan maka sudah semestinya kita berbagi kesuksesan itu kepada sesama, jangan hanya untuk diri kita sendiri. Disamping itu, kita harus terus menerus melaksanakan perintah-perintah Allahdemi menjaga kesuksesan tersebut, sekaligus menjauhi semua larangan-laranganNya. Ketika bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan sebagaimana termaktub di dalam pembukaan UUD 1945 maka yang diucapkan adalah : “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”, baru kemudian kalimat : “dan didorongkan oleh keinginan luhur”, hal ini menunjukkan bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia adalah semata-mata atas karunia dari Sang Maha Pemberi yaitu Allah swt, bukan pemberian dari bangsa lain.Oleh karena itu dalam mengisi kemerdekaan ini kita harus senantiasa memohon petunjuk dan ridho Allah swt, kita ingat betapa para pejuang kemerdekaan mempertaruhkan harta, jiwa, air mata, darah dan bahkan nyawa dengan semboyan :“Isy Kariman auw Mut Syahidan (Hidup mulia atau Mati Syahid)”.
Dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya terdapat syair kalimat : “Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya”, disini menunjukkan bahwa kita mesti membangun jiwa terlebih dahulu untuk kemudian baru membangun badan kita. Jika saat ini kita merasakan carut marut di negeri kita tercinta ini, barangkali ini dikarenakan kita terlalu banyak disuguhi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan para pendiri bangsa. Kita terlalu asik membangun badan kita, tanpa terlebih dahulu membangun jiwa yang seharusnya menjadi skala prioritas. Mari kita bangkit dimulai dari diri kita sendiri, sebagaimana kata Nabi “ibda’ binafsik”,saat kita berangkat tidur dan kemudian bangun lagi pada esok harinya perbanyaklah “dzikrullah”(mengingat Allah).
Nampaknya mental bangsa kita perlu direvolusi dengan selalu menanamkan akhlakul karimah yang dikenal dengan “revolusi mental”, hal ini telah dicontohkan oleh Nabi kita bahwa sebelum beliau membangun sebuah negara maka terlebih dahulu beliau melakukan revolusi mental terhadap sahabat-sahabat beliau selama kurang lebih 12 (dua belas) tahun dan memperoleh keberhasilanyang cemerlang.
Oleh sebab itu, marilah kita isi kemerdekaan ini dengan lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah dan membangun jiwa bangsa ini agar kelak kita menjadi bangsa yang memiliki karakteristik sebagaimana apa yang telah dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad saw yakni mengedepankan “akhlakul karimah”.Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin. *****
======================
*)KH. Dr. Ahmad Darodji, M.Si.; Ketua UmumMajelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah,Pembina&Plt. Ketua Umum Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam (YPKPI) Masjid Raya Baiturrahman Jawa Tengah
Copyright 2021-2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments