ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN Oleh : Dr. HM. Navis Junalia, MA. *)
Bersama-sama marilah kita manfaatkan waktu yang sangat barokah ini untuk memupuk, memperkuat, dan meningkatkan kwalitas ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah swt, kita terus berusaha agar keimanan dan ketakwaan itu terwujud di dalam tata berfikir, bersikap, dan bertindak kita yang semakin hari semakin dekat dengan apa yang dikehendaki oleh Allah swt. Kemampuan fikir kita semakin cerdas berkembang dan semakin menemukan berbagai temuan-temuan akan rahasia ayat-ayat Allah yang tergelar di alam semesta dan ilmu itu akan terus kita gunakan dalam rangka menciptakan kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia dan peradaban masa depan. Sikap kita terus kita pertajam agar semakin hari semakin peka akan kehadiran Allah swt dalam kehidupan kita dan kita semakin terus bisa terilhami bahwa Allah senantiasa membimbing, mengontrol dan memberi arah tata kehidupan kita, sehingga sikap kita tidak akan mudah bingung, tidak mengalami kegalauan dalam hidup, namun sebaliknya kita akan memiliki sikap yang tegas, terang, dan berorientasi jelas menuju pada ridho Allah swt.
Tindakan-tindakan kitapun semakin hari semakin jelas dan apa yang kita lakukan senantiasa mampu memberikan nilai tambah yang positif bagi lingkungan di sekitar kita dan di manapun kita berada mampu memberikan prestasi-prestasi kerja yang membanggakan dan pada saatnya setiap kita berada seluruh masalah ikut terpecahkan, berbagai problema ikut terselesaikan, sesuatu yang gelap menjadi terang, yang sulit menjadi mudah, setiap kebodohan menjadi suasana yang terang penuh dengan ilmu, dan setiap kemiskinan berubah menjadi sebuah kesejahteraan hidup. Sungguh, kwalitas keimanan yang terekspresi dalam suasana dan kondisi seperti itulah yang diisyaratkan oleh Allah bahwa kita adalah sebaik-baik umat manusia yang dikeluarkan dalam rangka menyebar luaskan kebaikan dengan mengantisipasi supaya hal-hal yang mengancam kehidupan tidak muncul yang pada saatnya dalam menggarami kehidupan ini dengan suasana keimanan dan kwalitas spiritual yang dalam.
Dalam rangka meraih keimanan dan ketakwaan seperti itu kita perlu terus menerus memupuk keistiqamahan dan konsistensi dengan jalan terus berusaha mencoba memahami dan meneladani apa yang dicontohkan oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw, beliau adalah manusia besar, tidak hanya pemimpin yang hebat namun sekaligus bisa menghebatkan anak buah dan para pengikutnya meskipun pengikutnya hidup 15 (lima belas) abad kemudian dan sama sekali tidak pernah melihat sosok Rasul secara langsung. Tetapi sungguh, semakin hari kita bisa menyaksikan bahwasannya orang yang mencintai Rasul justru semakin banyak, yang mengagumi beliau semakin bertambah kwantitasnya dan semakin banyak orang yang meneliti Rasul maka semakin banyak yang mengerti serta memahami kehebatan beliau, yang pada akhirnya Rasul adalah sosok pemimpin yang dicintai dan dirindukan oleh seluruh umatnya. Kerinduan dan kecintaan umat ini memiliki korelasi dengan prestasi seorang pemimpin. Seorang pemimpin akan dihargai, dikenang, dan dicintai apabila dia mampu menghadirkan sesuatu yang bisa membahagiakan dan mensejahterakan rakyatnya. Pemimpin akan begitu saja mudah dilupakan orang manakala apa yang dia lakukan tidak saja membahagiakan tetapi justru semakin membikin rakyat menderita. Rasul juga memberi contoh bahwa kepemimpinan akan ditakar dengan seberapa besar seorang pemimpin mampu membahagiakan dan mensejahterakan orang yang dipimpinnya. Kebahagian dan kesejahteraan itu bisa terwujud manakala pada saat memimpin senantiasa mengedepankan rahmat dan cinta kasih. Itulah sebabnya Rasul memberikan contoh nyata dalam menghadapi musuh sekalipun beliau akan memberi respons dengan lemah lembut. Firman Allah yang berbunyi :
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran/3 : 159)
Semata-mata karena rahmat Allah dan sikap kasih sayang Rasulullah di hadapan manusia-manusia yang diundang sehingga apabila dakwah Rasul mengedepan kan kekerasan/beringas maka mereka tidak akan mengikuti ajakan Rasul dan justru lari menjauh dari hadapan beliau. Ini sebuah fenomena yang menarik dan itulah sebabnya kita bisa memahami rahasia dari firman Allah dalam surat Al Anbiya’/21 : 107 yang berbunyi :
Artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Kehidupan yang penuh rahmat adalah tata kehidupan yang ditandai oleh 3 (tiga) variabel utama, yakni :
1) Tata kehidupan yang dihiasi dengan perasaan cinta kasih, suasana yang menyenangkan, jauh dari konflik, kekerasan, dan kekejaman. Suasana rahmah ini semakin nyata dicontohkan oleh Rasulullah saw karena di manapun beliau berada maka laksana magnet yang mampu menghadirkan daya rekat bagi siapapun yang mendekat dan semakin jauh terasa semakin merindukan, hal ini sungguh karena daya tarik beliau dimana setiap Rasulullah berada di suatu tempat maka selalu mampu menebarkan dan selalu mengedepankan rasa cinta kasih. Ke-Rasulan Muhammad adalah dalam rangka mewujudkan tata kelola dan tata kehidupan yang penuh dengan cinta kasih.
Itulah sebabnya beberapa tuntunan Rasul mengedepan dan mengemuka di hadapan kita, antara lain : dengan mencintai segala makhluk yang ada di muka bumi, niscaya makhluk yang ada di langit akan mencintai kamu dan Allah akan melimpah ruahkan kasih sayang-Nya kepada kita semua. Setiap kali kita bertemu dengan saudara maka berilah wajah yang cerah dan senyuman manis karena senyummu adalah sadaqahmu. Disamping itu, setiap kali bertemu maka kita diajarkan untuk mengucap salam agar memperoleh kwalitas kehidupan yang tinggi, bahkan lebih jauh lagi siapapun yang membutuhkan bantuan darimu maka kita wajib membantu mereka, namun bantuan dan pertolongan kamu harus senantiasa dalam kebaikan. Tidak hanya membantu, sekiranya sahabat kita memiliki aib dan kekurangan, maka tutuplah aib itu karena dengan menutup aib saudara kita maka kelak di hari kiamat aib kita akan ditutup oleh Allah swt.
Ajaran-ajaran seperti ini tidak lain kecuali mengarah pada satu titik agar kehidupan ini dipenuhi dengan rasa cinta kasih, tidak ada dendam, konflik, permusuhan, apalagi pembunuhan. Setiap orang yang mengaku sebagai pengikut Muhammad maka selayaknya harus mengacu pada firman Allah Surat Ali Imran/3 : 159 sebagaimana tersebut di atas, karena sekali kita melakukan kekerasan maka berarti sikap itu bertentangan dengan firman Allah tersebut.
2) Tata kehidupan yang penuh rahmat diukur oleh seberapa jauh kita memiliki kekuatan untuk mencegah segala faktor-faktor destruktif dalam kehidupan ini. Rahmat diukur seberapa jauh kita mampu membersihkan potensi-potensi yang bisa mengancam kehidupan manusia. Kita mengenal sekarang ini dengan “crisis management” (Manajemen Krisis Kehidupan) sejak awal sudah ditanamkan dalam konsep “Ar Rahmah”, karena konsep ini menuntut kita agar mempersiap-kan segala fasilitas dan memupuk kemampuan agar faktor yang dapat merusak kehidupan mampu kita antisipasi dan meminimalisir korban-korban yang akan muncul. Dengan demikian, potensi-potensi yang membikin hidup ini merasa tidak nyaman dan terancam baik dalam konteks keamanan maupun kepribadian maka harus kita jauhkan dari tata kehidupan umat manusia jika kita ingin mencontoh dan mengikuti baginda Rasulullah Muhammad Saw.
3) Adanya power dan kemampuan untuk merealisasikan kebaikan bagi orang-orang yang membutuhkan, rahmah dalam variabel yang ketiga ini mengandung makna tentang konsep “Prosperity“, kehidupan dapat dikatakan penuh dengan rahmat apabila kehidupan itu dihiasi dengan kesejahteraan, setiap manusia hidup maka kebutuhannya sangatlah banyak tetapi kebutuhan tersebut bisa diwujudkan dan dapat dijangkau oleh orang yang mampu menjalani kehidupan ini dengan baik. Semakin terancam akses pemenuhan hidu, maka berarti di situ tidak dijumpai adanya rahmah dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, jika kita mengikuti risalah Rasul maka setiap gerak kita senantiasa harus memiliki impact dan dampak bagaimana mensejahterakan diri, lingkungan, dan masa depan anak cucu kita. Semakin banyak orang miskin maka akan semakin terancam kesejahteraan hidup, masa depan-pun akan semakin tidak menentu artinya umat Islam harus membangun sebuah kekuatan ekonomi dan finansial, bukan untuk ditunggangi oleh ekonomi dan finansial dimaksud, namun dalam rangka menciptakan kemaslahatan hidup sehingga setiap orang akan merasa damai dalam beribadah kepada Allah swt.
Kesimpulan dari khutbah di atas adalah kita harus berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan kwalitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, cara terbaik adalah dengan memahami dan meneladani apa yang dicontohkan oleh pembawa risalah dari Allah, sosok yang paling hebat se-alam dunia ini yakni junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw. Teladan terpenting dan signifikan dalam rangka membangun kehidupan ini adalah fungsi ke-Risalah-an Rasul dalam rangka menciptakan kehidupan yang rahmah di muka bumi ini. Kehidupan yang rahmah ditandai dengan 3 (tiga) variabel, yakni : 1) Kehidupan yang penuh dengan cinta kasih, senyum kebahagiaan batin yang hakiki, tidak ada permusuhan, perkelahian, apalagi pertumpahan darah; 2) Terciptanya antisipasi dan kemampuan untuk mengatasi segala bencana, krisis kehidupan dan lain sebagainya; 3) Hadirnya sebuah kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan, setiap orang mampu memenuhi kebutuhan tanpa kesulitan dan setiap orang yang membutuhkan senantiasa tersedia hal-hal yang diperlukan. Dan kehidupan seperti inilah yang menjadi idaman setiap muslim dan mengaku sebagai pengikut Rasulullah Muhammad Saw.
Kita berdoa kepada Allah, semoga kita menjadi pengikut-pengikut Rasul yang mampu mewujudkan tata kehidupan yang rahmah sebagaimana tersebut di atas. Amin ya Rabbal ‘alamin. *****
Copyright 2021-2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments