HIDAYATULLAH Oleh :Dr. H. Noor Achmad, MA. *)
Semoga ini adalah bagian dari usaha untuk meningkatkan takwa kita kepada Allah swt, mudah-mudahan apa yang kita lakukan bersama diijabah oleh Allah swt. Sehingga dengan demikian pada saat kita dipanggil oleh Allah swt dalam keadaan Islam, sebagaimana Allah swt berpesan dalam firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada c-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam”. (QS. Ali Imran/3 : 102)
Ayat tersebut mewanti-wanti kepada kita, jangan sampai pada saat kita dipanggil oleh Allah swt dalam keadaan yang tidak Islam. Tema kali ini adalah tentang : “Hidayatullah (Hidayah Allah swt)’. Di dalam Al Qur’an dan Al Hadist cukup banyak ayat yang menerangkan tentang hidayah Allah, namun demikian yang perlu disampaikan adalah latar belakang bagaimana hidayah Allah itu diberikan kepada hamba-Nya. Persoalan dan kejadian yang muncul adalah bagian yang tak terpisahkan dari adanya hidayah Allah tersebut. Sebagaimana kita ketahui bersama kisah-kisah yang terjadi pada diri Rasul Allah, seperti : Azar; ayahanda Nabi Ibrahim As, Kan’an; putra Nabi Nuh As, Abu Tholib; pamanda Rasulullah saw, mereka semua tidak mendapat hidayah dan jalan yang baik dari Allah swt lantaran sampai dipanggil ke hadirat Allah swt dalam keadaan tidak beriman. Ini semua bagian yang tak terpisahkan bahwa Allah-lah sang Maha Pemberi Petunjuk.
Namun apakah memang demikian bahwa petunjuk/hidayah hanya diperuntuk-kan bagi orang-orang tertentu saja dan tidak dapat kita peroleh ?. Jika kita kembali pada firman Allah dalam surat Al Fatihah/1 : 1-7 dimana setiap hari minimal kita baca sebanyak 17 kali :
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
Pada ayat ke-5 surat Al Fatihah berisi tentang permohonan ke hadirat Allah swt, yakni kita sampaikan dan sekaligus berkomitmen kepada Allah bahwa “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”, salah satu dari permohonan kita dalam surat Al Fatihah tersebut adalah “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”, ini artinya kita memohon hidayah Allah swt. Lalu hidayah yang kita inginkan yang seperti apa ? yaitu :
Artinya : “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang tersesat”.
Kita selalu beharap agar istiqamah pada jalan yang lurus, karena setiap hari kita dihadapkan pada jalan yang dapat menjerumuskan kita pada jurang kenistaan. Mampukah kita tetap istiqamah pada jalan yang lurus? semua kembali kepada diri kita masing-masing. Pada era sekarang ini, banyak sekali persoalan-persoalan sosial yang terjadi di hadapan kita, pertentangan, pertikaian, bahkan saat ini sedang marak terjadinya kekerasan seksual pada anak-anak, mem-perkosa dan bahkan membunuhnya. Sehingga Presiden kemudian menerbitkan Perppu No. 1 tahun 2016 per tanggal 25 Mei 2016 kemarin tentang hukuman Mati, hukuman Kebiri, pemasangan chip dan pengumunan bagi pelaku pemerkosa. Perppu ini diterbitkan dalam rangka memberikan jaminan perlindungan khususnya bagi anak-anak agar terhindar dari pelecehan seksual bahkan pemerkosaan.
Saat ini kita betul-betul dihadapkan dengan berbagai macam cobaan dan godaan, tidak hanya persoalan yang muncul di dalam negeri saja, tetapi juga dari luar negeri, ini semua akibat dari maraknya pornografi, pornoaksi, minuman-minuman keras, narkoba dan lain-lain. Saat ini pula sedang digodok oleh para anggota Dewan tentang Undang-Undang Miras, walaupun masih terjadi perdebatan di masyarakat. Namun diharapkan di masing-masing daerah nanti akan menerbitkan Perda tentang larangan Miras.
Hal ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi di kehidupan kita sekarang ini sudah sepantasnya kita memohon petunjuk hanya kepada Allah swt sebagai-mana firman-Nya :
“Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”.
Jalan yang lurus maksudnya adalah jalannya orang-orang yang telah memper-oleh nikmat dari Allah swt, bukan jalan orang-orang yang dilaknat dan dimarahi oleh Allah, orang yang sering bertikai, saling sikat dan saling sikut serta bukan orang yang diadzab oleh Allah swt.
Kita patut merenungkan bacaan Al Fatihah setiap kali melaksanakan shalat, bahwa betapa surat Al Fatihah ini mengandung makna yang sangat dalam manakala kita mau untuk terus merenungkannya sehingga petunjuk Allah swt akan terus diberikan kepada kita, karena petunjuk Allah laksana ilmu yang kita peroleh artinya bisa saja hilang dan dapat pula bertambah, tinggal bagaimana kita memohon ke hadirat Allah swt.
Jika kita kembali kepada konsep tersebut surat Al Fatihah di atas, maka petunjuk itu pada hakikatnya dapat kita mohon ke hadirat Allah swt secara terus menerus.
Lalu apakah petunjuk itu bisa kita mintakan ke hadirat Allah swt untuk anak-anak kita ? jawabannya “bisa”. Kita bisa memohon petunjuk ke hadirat Allah swt agar anak-anak kita mendapatkan petunjuk dari-Nya, persoalan dikabulkan atau tidak maka itu menjadi hak prerogatif Allah swt. Hal ini telah dicontohkan oleh para Nabi yang senantiasa memohon kepada Allah swt agar kaumnya mendapatkan petunjuk dari-Nya, yakni :
“Ya Allah berilah petunjuk kepada kaum-ku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”.
Artinya kitapun pada dasarnya bisa memohon ke hadirat Allah swt agar putra-putri, keluarga, dan saudara-saudara kita mendapatkan petunjuk dari Allah swt. Sehingga jika ada yang mengatakan bahwa “petunjuk” itu mutlak dari Allah, maka pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa petunjuk itu bisa diminta oleh hamba-Nyakepada Allah swt. Demikian juga ayat Alah di dalam surat Al Qashash/28 : 56 yang artinya :
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.
Ayat tersebut terkait dengankisah-kisah para Nabi yang memohon petunjuk ke hadirat Allah swt, seperti : Nabi Nuh As, Nabi Ibrahim As, Rasulullah saw dan lain-lain, namun Allah swt belum memberikan petunjuk kepada putra, ayah dan paman beliau.Ini adalah beberapa kisah di mana orang tersebut tidak ingin mendapatkan petunjuk. Oleh karena itu, yang penting bagi kita sebagai hamba Allah adalah mendorong diri kita sendiri, putra-putri kita dan orang-orang di sekitar kita untuk mendapatkan petunjuk dari Allah swt.
Mengapa surat Al Fatihah selalu kita baca pada saat kita melaksanakan shalat ? karena hal ini tidak saja bermanfaat untuk orang lain tetapi juga bagi yang membacanya, karena di dalamnya terkandung doa yang sungguh luar biasa nilainya. Maka marilah kita yakini bahwa dengan sering membaca surat Al Fatihah maka permohonan kita akan diijabah oleh Allah swt, karena hal ini juga dilakukan oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.
Demikian tulisan singkat ini, mudah-mudahan ada manfaatnya dan semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah swt. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin. ****
=======================
*) Dr. H. Noor Achmad, MA.; Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
Copyright 2021-2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments