ANCAMAN ALLAH JIKA UMMAT MENJAUHI ULAMA’ DAN FUQOHA’ Oleh : Dr. H. Arja’Imroni, M.Ag.*)

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ به من شرورانفسنا وسيئات اعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلاهادى له اشهد ان لااله الاالله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين قال الله تعالى فى كتابه الكريم اعوذ با لله من الشيطن الرجيم ياايها الذين امنوااتقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون فيا عبا دالله اوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فازالمتقوناما بعد

Marilah kita bersama-sama senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan karunia, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menjalankan kewajiban kita sebagai muslim yakni melaksanakan ibadah shalat Jum’at.Khatib juga berwasiat kepada diri sendiri dan kepada saudara-saudara sekalian untuk bersama-sama meningkatkanketakwaan kita dengan berupaya melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah dan menjauhkan diri kita dari larangan-larangan Allah SWT.

Pada khutbah kali ini saya diberi tema untuk menjelaskan mengenai :“Ancaman bagi Manusia yang Menjauh dari Ulama”. Perjalanan hidup manusia pada hakikatnya adalah langkah demi langkah perjuangan untuk kembali kepada asal usul kita. Hidup kita berasal dari Allah SWT, kita menjalankan hidup dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun semuanya adalah dalam rangka langkah kita untuk kembali kepada asal kita yaitu kembali kepada Allah SWT. Agar jalan yang ditempuh dalam perjalanan kembali kepada Allah tidak keliru dan tidak tersesat di tengah jalan, maka kepada umat manusia Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul sebagai penunjuk jalan kepada jalan Allah yang lurus. Mereka adalah para penunjuk ila shirotillahil mustaqim, mana jalan yang bisa ditempuh dan yang mesti dijauhi, mana jalan yang harus dilalui dan mana jalan yang harus kita jauhi, itulah peran dari para Nabi dan Rasul.

Setelah para Rasul wafat termasuk Rasulullah Muhammad SAW, Allah SWT sudah tidak lagi mengutus para Nabi dan Rasul, pertanyaannya : lalu siapakemudian yang berperan untuk menjadi penunjuk jalan bagi umat manusia ?. Jika kita lihat maka sudah sangat jelas bahwa otoritas, peran-peran, dan fungsi-fungsi ke-Nabian setelah para Nabi wafat maka peran dan fungsiitu berpindah kepada para ulama. Inilah yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menyatakan :

العلماء ورثة الانبياء

“Para Ulama adalah pewaris para Nabi”.

Merekalah yang akan menjalankan fungsi dan peran-peran profetik yang sudah ditinggalkan oleh para Nabi dan Rasul yang telah wafat.

Lalu pertanyaannya : siapakah Ulama itu ?. Al Ulama’ secara bahasa adalah bentuk jama’ dari kata “’Alim” yang artinya : orang yang tahu. Secara istilah kita merujuk bahwa yang disebut “Ulama” sebagaimana dikenal oleh para Ulama itu sendiri yaitu orang-orang yang memiliki ilmu yang cukup mengenai agama Allah SWT. Namun ilmu saja tidaklah cukup, Ulama adalah orang memiliki ilmu sekaligus ditambah dengan 1 (satu) ciri lagi yakni memiliki “Khosyatullah”  (rasa takut kepada Allah SWT), inilah yang oleh Al Qur’an ditegaskan:

 “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.

Ayat di atas mengandung arti bahwa hamba Allah yang takut kepada Allah hanyalah para Ulama. Artinya orang boleh memiliki ilmu agama setinggi langit, namun tidak bisa disebut sebagai Ulama manakala ilmunya tidak mendorong dia untuk memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Orang yang memiliki ilmu agama setinggi langitpun, jika dia melacurkan ilmunya hanya untuk kepentingan duniawi saja dengan menurutkan hawa nafsunya maka gelar Ulama tidak patut mereka sandang. Ulama adalah orang yang memiliki ilmu yang mumpuni dalam bidang agama sekaligus ilmu itu menjadikan dia orang-orang yang takut kepada Allah SWT.

Oleh karena para Ulama adalah pewaris Nabi dan jika kita tidak ingin tersesat di tengah jalan pada proses kita kembali ke hadirat Allah SWT, maka sudah barang tentu kita harus selalu mendekat kepada para Ulama guna mendapatkan tuntunan dan arahan yang benar tentang bagaimana kita bersikap dalam hidup dan itu semua adalah tuntunan para Ulama. Ulama akan memberitahu kepada umat manusia tentang mana yang halal dan mana yang haram, mana yang makruf dan mana yang mungkar, mana yang hasan dan mana yang sayyi’ah, itulah tugas para Ulama yang mewarisi tugas Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya, kita sebagai umat Islam jangan sekali-kali kita menjauh dari para Ulama.

Saya mengutip seorang ahli hadist yang bernama Ibnu Hajar Al Astqalani dalam kitabnya   “Al Munabbihat ‘Alal Isti’dat Liyaumil Ma’ad”, beliau mengutip sebuah hadist tentang bagaimana bahayanya dan ancaman bagi orang-orang yang jauh dari Ulama. Hadist tersebut berbunyi :

سيأ تى زمان على امتى يفرون من العلمأ والفقهأ فيبتلهم الله بثلاث بليات اولىها يرفع الله البركة من كسبهم والثانية يسلط الله تعالى عليهم سلطانا ظالما والثالثة يخرجون من الدنيا بغيرايمان (الحديث او كما قال)

Artinya : “Akan datang suatu masa di mana ummatku akan menjauh dari para Ulama dan para Fuqoha’, maka Allah akan menurunkan cobaan kepada mereka dengan 3 (tiga) cobaan, yakni :

1)Allah SWT akan menghilangkan berkah dari hasil kinerja yang dilakukan oleh manusia; apa logikanya jika orang menjauh dari ulama berkah kerjanya dihilangkan ?. Orang yang jauh dari ulama dipastikan dia tidak akan mengerti mana yang halal dan mana yang haram, dia akan bekerja mencari nafkah/penghidupan dengan tidak berpedoman kepada syariat karena mereka tidak tahu mana yang halal dan mana yang haram.Boleh jadi karena keinginannya mendapatkan harta yang banyak, maka dia melakukan korupsi, pungli dan yang sejenisnya. Uang yang dihasilkan dengan cara yang tidak halal dan jauh dari tuntunan Ulama maka dipastikan akan hilang berkahnya.

Berapapun harta yang anda dapatkan jika diperoleh dengan cara yang haram dan tidak sesuai dengan aturan agama sebagaimana yang diajarkan oleh para Ulama, maka tentu saja akan dihilangkan berkahnya oleh Allah SWT.

2)Allah SWT akan menguasakan kepada mereka dan memberikan kepada manusia-manusia yang jauh dari Ulama tersebut pemimpin-pemimpin yang dzalim, pemimpin yang tidak mengerti akan hak yang dipimpin. Mengapa mereka diberikan pemimpin yang dzalim ?. Tentu saja sangat logis, ketika orang-orang jauh dari Ulama dan tuntunan para alim maka dalam memilih pemimpin-pun sesuai dengan hawa nafsu mereka, tidak sesuai dengan tuntunan para Ulama. Jika yang dipilih sesuai dengan hawa nafsunya, maka boleh jadi pemimpin yang dipilih adalah pemimpin yang hanya berfikir untuk memenuhi kepentingan hawa nafsu masyarakatnya, jika sudah demikianmaka pemimpin tersebut pasti akan berbuat kedzaliman. Jika sudah diberikan pemimpin yang dzalim maka masyarakat yang jauh dari Ulama akan semakin menderita lahir dan batinnya.

3)Orang yang menjauh dari Ulama dan Fuqoha’ akan meninggal dan keluar dari dunia ini dalam keadaan tanpa membawa iman (su’ul khatimah);na’udzu billahi mindzalik.

Hadist ini sungguh memberikan sebuah penekanan kepada kita agar selalu menempuh hidup ini jangan sampai keluar dari “shirathal mustaqim” dimana pengawalnya adalah para Ulama dan Fuqaha’. Oleh karenanya, Al Qur’an telah memberikan petunjuk kepada kita manakala kita tidak mengerti tentang urusan dunia maupun akhirat maka bertanyalah kepada orang yang mengetahui. Fenomena sekarang ini dimana zaman IT yang semakin maju orang-orang terkadang mencukupkan belajar agama hanya kepada “google/internet” dimana pertanggungjawaban sanad ilmunya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, bertanyalah kepada orang-orang yang mengetahui. Jangan bertanya tentang hukum agama/syariat kepada google tetapi bertanyalah kepada para ‘alim/ulama sebagaimana telah dituntunkan oleh Al Qur’anul Kariim. Banyak orang tersesat dan keliru dalam memahami agama, bagaimana mereka kemudian justru menjadi teroris, hal ini karena mereka tidak belajar tentang agama kepada Ulama yang sudah mu’tabar dan diakui kealimannya oleh komunitas ahli ilmu ke-Islaman.

Mudah-mudahan khutbah singkat ini kembali mengingatkan kepada kita agar jangan jauh-jauh dari tuntunan para Ulama’. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin. *****

بارك الله لى ولكم فى القران العظيم ونفعنى وايا كم بما فيه من الايت والذ كرالحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هوالغفورالرحيم وقل رب اغفروارحم وانت خيرالراحمين

————————————–

*) Dr. H.Arja’ Imroni, M.Ag.;Dosen Fakultas Syari’ah & Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) WalisongoSemarang

Leave Your Comments

Your email address will not be published.

Copyright 2021, All Rights Reserved