6 (ENAM) SIKAP DESTRUKTIF / Oleh :KH. Drs. Mustaghfiri Asror *)

الحمد لله الذى انزل السكينة فى فلوب المؤ منين وامرنا بفعل الماءمورات فى كل وقت وحين. اشهد ان لااله الا الله الملك الحق المبين واشهد ان محمدا عبده ورسوله صادق الوعد الامين. صلوات الله وسلامه على خير الانبياء والمر سلين سيدنا ومولنا وشفيعنا وقرة اعيننا وقد وتنا محمد صلى الله عليه وسلم وعلى اله واصحابه الى يوم الدين. اما بعد فيا معاشر المسلمين والمسلماترحمكم الله اوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون. فقد فال اللهتعالى فى كتا به المبين اعوذ با لله من الشيطا ن الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم : ولا تبغ الفسا د فى الارض ان الله لا يحب المفسدين (القصص/28 : 77

 Saat-saat kita beri’tikaf di rumah Allah ini, marilah kita memperbaharui ikrar kita untuk tetap istiqamah dalam melaksanakan perintah-perintah Allah swt dan menjauhi larangan-laranganNya. Tetap melaksanakan perintah Allah, walaupun ketika melaksanakannya rasanya sepahit empedu dan tetap menjauhi larangan-laranganNya walaupun ketika melakukan larangan Allah itu terasa madu. Kita yakini seyakin-yakinnya bahwa hanya taqwAllah-lah yang akan menyelematkan kita dari penderitaan hidup, baik hidup di alam dunia ini maupun hidup di alam sama, yaitu alam barzah dan alam akhirat.Ada baiknya kami menyampaikan tahni’ah, ungkapan selamat dan gembira kepada kaum muslimin dan muslimat yang telah berhasil meraih fitrah lantaran peningkatan berbagai macam ibadah pada bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. Memang kita sadari untuk bisa menjadi juara meraih prestasi fitrah tidak semudah dalam meraih prestasi fitrah kemarin. Rintangan dan godaan datangnya silih berganti, rayuan dan hembusan iblis tidak pernah berhenti. Tetapi berkat inayah dan pertolongan Allah swt kita semua dapat memperoleh prestasi kembali fitrah dan memperoleh faizin/kemenangan. Aamiin.

*Berat mempertahankan prestasi

Di tengah-tengah hidup bermasyarakat, ada ungkapan yang tidak tertulis, bahwa mempertahankan juara itu jauh lebih berat daripada meraih juara. Ungkapan itupun pasti berlaku bagi kita yang sudah berhasil meraih prestasi kembali fitrah, kembali suci dari dosa dan noda, sebagaimana bayi yang baru lahir.

Dalam rangka mempertahankan prestasi yang telah kita raih dengan susah payah, utamanya selama bulan Ramadhan yang lalu ada baiknya kita dalam kesempatan yang sangat terbatas ini, kita merujuk bimbingan Rasulullah saw yang bunyi otentiknya adalah sebagai berikut :

سِتَّةُ اَشْيَاءَ تُحْبِطُ الْاَعْمَالَ : الاشتغال بعيوب الخلق وقسوة القلب وحب الد نيا وقلة الحياء وطول الامل وظالم لاينتهى (رواه الد يلمى عن عدى بن حا تم)

Artinya : “Ada 6 (enam) perkara yang dapat menghapus (pahala) amal perbuatan, yaitu : Tekun dengan kesalahan orang lain, keras hati, cinta dunia, sedikit rasa malu, panjang angan-angan dan perbuatan dzalim yang tidak ada hentinya”. (HR. Ad Dailamy dari Adi bin Hatim)

Hadirin kaum muslimin rohimakumullah;

Dengan serba singkat, mari petunjuk Rasululah saw itu kita kaji kembali, agar kita tidak terperosok ke dalamnya. 6 (enam) perbuatan destruktif tersebut adalah :

1)Al Isytigholu bi’uyubil kholqi = Sibuk memperhatikan aib orang lain.

Mencari manusia yang tidak punya salah/aib pasti tidak ada, kalau seseorang sudah banyak sibuk dengan kesalahan orang lain, pasti dia tidak sempat memperhatikan diri sendiri, di sini letak kerugiannya. Orang lain yang diperhati-kan sudah maju pesat, orang yang tidak sempat memperhatikan diri sendiri pasti akan tersesat.

Dalam salah satu gerakan shalat, ada falsafah yang mengingatkan kita dalam hal mencari kesibukan orang lain, yaitu gerakan takhiyat. Kita kalau shalat dan bertakhiyat hanya 1 (satu) jari yang boleh menunjuk ke depan, 4 (empat) jari lainnya menunjuk kepada diri sendiri. Ini mengajarkan kita agar kita banyak mencari kesalahan diri sendiri daripada mencari kesalahan orang lain.

2)Qoswatul qolbi= Keras hati.

Baik atau  buruknya manusia ditentukan oleh hatinya, dia sholih atau tholih tidak ditentukan oleh fisik lahiriya, juga tidak ditentukan oleh harta kekayaannya. Demikian penjelasan dari Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ath Thabrani.

Agar hati manusia menjadi baik, minimal Allah swt sudah menyiapkan 3 (tiga) macam perangkatnya, yaitu : mata, telinga, dan akal. Kalau dengan 3 (tiga) perangkat itu manusia tidak bisa mengenal Allah swt sebagai Penciptanya dan melengkapi sarana hidupnya, berarti dia telah mengalami kerusakan yang total. Sebagaimana dijelaskan Allah swt dalam firman-Nya :

Artinya : “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya) ?. Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah, mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Az Zumar/39 : 22)

Bahkan pada ayat lain Allah swt menyatakan :

Artinya : “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi”. (QS. Al Baqarah/2 : 74)

Hadirin kaum muslimin wal muslimat rohimakumullah;

3)Khubbud dunya= Cinta dunia.

Fungsi hati manusia yang paling utama adalah untuk bercinta. Gunakanlah hati untuk mencintai Dzat yang pasti merespon/membalas cinta kita, yaitu Allah swt. Mencintai selain Allah akan berlaku ungkapan : “Bertepuk sebelah tangan”, banyak gagalnya daripada berhasilnya. Dalam hidup ini antara orang mukmin dan orang kafir mempunyai prinsip yang sangat berbeda, ialah :

اَلْكاَفِرُ يَعِيْشُ لِلْاَكْلِ وَالْمُؤْمِنُ يَاءْكُلُ لِلْعَيْشِ

Artinya : “Orang kafir tujuan hidupnya adalah untuk makan, sedangkan orang mukmin, makan sebagai sarana hidup”.

Tentang urusan dunia seisinya, Allah swt telah memberikan penjelasan sejelas-jelasnya dalam firman-Nya :

Artinya : “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (QS. Al Ankabut/29 : 64)

4)Qillatul Khaya’ = Sedikit rasa malu.

Hubungannya dengan sifat malu, Rasulullah saw bersabda :

“Artinya : “Sekiranya sifat malu itu berada pada seseorang, pasti dia adalah orang shalih. Sebaliknya, sekiranya sifat malu sudah tidak dimiliki seseorang, pasti dia adalah orang yang buruk”. (HR. Thabrani dari Aisyah ra)

Memperhatikan hadist di atas, iman dan malu adalah identik. Iman seseorang itu naik atau turun bisa dilihat dari rasa malunya. Semakin maraknya perbuatan “Molimo” di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, ini suatu pertanda bahwa iman seseorang semakin turun. Jika iman semakin turun, turun dan turun maka dunia seisinya ini semakin rusak lantaran manusia tidak merasa malu berbuat semau gue. Dalam hal ini, semua fihak mempunyai kewajiban untuk menumbuh kembangkan iman, iman yang dapat menumbuhkan amal salih, baik bagi diri pribadi maupun bagi masyarakat.

5)Thuulul amali = Banyak angan-angan.

Dalam meraih sukses hidup ini, perencanaan harus, memakai manajemen pasti. Tetapi apa artinya jika banyak rencana tapi pelaksanaan tidak. Antara planning dan actuating harus sejalan. Hidup ini jangan hanya pandai mengumpulkan : andaikata, umpamanya, bilamana. Tetapi hidup ini adalah berjuang, berusaha atau beramal. Yang sudah berusaha sepenuh kemampuan saja belum tentu memperoleh apa yang diinginkan, apalagi bagi orang yang hanya berpangku tangan atau banyak angan-angan semata. Kegagalan pasti akan menimpanya.

6)Dzaalimun laa yantahi = Berbuat dzalim yang tidak ada hentinya.

Manusia kadang-kadang terjebak kepada kedzaliman pasti. Tetapi mengakhiri kedzaliman yang pernah dilakukan adalah wajib dengan segera. Definisi dzalim seperti yang sudah sama-sama kita ketahui adalah : “Wadh’u syai’in fi ghoiri makhallihi (meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya). Lawan kata dzalim adalah adil. Adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Dalam hal ini Allah swt berfirman :

Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyat/51 : 56)

Menurut ayat ini, Allah swt menciptakan jin dan manusia untuk ibadah. Jelasnya, jika ada manusia hidup tidak mau beribadah, berarti dia berbuat dzalim, baik dzalim terhadap Allah maupun dzalim terhadap diri sendiri. Dalam hal berbuat dzalim ini, ada rumus : “Manusia berbuat atau dosa pasti, tetapi orang yang bersalah itu bukanlah orang yang jelek asalkan mau mengakui dan mengakhiri kesalahannya”.

Sebagai khulashoh khutbah ini, kita yang baru saja memperoleh sukses Idul Fitri/ kembali fitrah, kita harus mempertahankan kesuksesan itu. Cara mempertahankan kesuksesan itu antara lain dengan menjauhi hal-hal yang dapat merusak amal kita. Hal-hal yang bisa merusak amal perbuatan kita sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah  saw ialah :

1) Sibuk memperhatikan aib/kesalahan orang lain;

2) Keras hati;

3) Cinta dunia;

4) Sedikit rasa malu;

5) Banyak angan-angan; dan

6) Berbuat dzalim yang tidak berakhir.

Semoga taufik, hidayah, dan inayah Allah swt senantiasa menyertai kita sehingga kita dapat menjadi orang-orang yang taat kepada Allah swt dan taat kepada Rasulullah saw, yang akhirnya kita bersama dimasukkan oleh Allah ke Surga Jannatun Na’im. Amin Ya Robbal alamin.*****

بارك الله لى ولكم فى القران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايت والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم. واستغفرالله العظيم لى ولكم ولوالدى ولوالديكم ولسائرالمسلمين والمسلمات فاستغفروه فيا فوزالمستغفرين ويا نجاة التائبين

========================

*) Drs. KH. Mustaghfiri Asror; Ketua Bidang Takmir Masjid Raya Baiturrahman Semarang & Anggota Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Jawa Tengah

Leave Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2021-2024, All Rights Reserved