4 (EMPAT) PILAR KUNCI MEMBANGUN UMMAT Oleh : Drs. H. AhmadAhmad Anas, M.Ag.*)
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على اشرف الانبياء والمرسلين سيدنا ومولانا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين اشهد ان لااله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وتا بعين وتابع التابعين ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين. اما بعد فيا ايها الناس اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون قال الله تعالى فى كتابه العزيزاعوذ بالله من الشيطن الرجيم
Patut kiranya kita senantiasa bersyukur ke hadirat Allah SWTlantaran masih menganugerah kan hidup kepada kita,dengan harapan sisa usia dimana kita tidak tahu kapan kita diminta kembali oleh Allah SWT, tidak hanya memiliki prestasi duniawiyah semata;yakni cukup, cekap, cakep, komplit soal sandang, pangan, papan, pendidikan dan lain-lain. Lebih jauh kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla semoga sisa usia ini ada nilai dan prestasinya dalam beribadah kepada-Nya.
Alangkah nikmatnya manakala hamba yang penuh khilaf dan dosa ini selalu mengharap Rahman dan Rahim-Nya Allah SWT sehingga dalam suasana dimana kita saat ini berada maka kelak juga akan menghadap ke hadirat-Nya, pada hati dan keyakinan kita sangat berharap untuk mendapatkan hidayah dari Allah SWT berupa tamamun ni’mat (kesempurna- an nikmat) yakni “iman”. Semoga iman dan takwa yang ada pada diri kita ini mampu kita manfaatkan dan aktualisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita sadar bahwa kita berasal darimana, berada dimana, dan kelak akan kemana pada akhir kehidupan kita nanti. “Barangsiapa yang memahami dirinya dan seluruh apa yang dia miliki, maka sungguh dia akan mampu memahami Allah SWT”.
Jika Allah SWT anugerahkan kepada kita menjadi orang kaya, yang dalam istilah Jawa disebut dengan “sugih amblegedhu, pangkat pating trempel, bantal gulinge duwit” dan kemampuan ilmunya “iso ngesak lesus, njugrug gunung, ngasat segoro, ngetung cacahing banyu udan”, namun kita sadari bahwakemampuan yang kita miliki itu ibarat “celupkan jarimu di lautan lalu angkat, air yang menempel di jarimu itulah ilmu yang engkau miliki, adapun samudera nan luas itulah ilmu dan milik Allah SWT”,jika sudah demikian apa yang akan kita sombongkan ?. Dengan demikian, tidak ada kata yang dapat kita ucapkan kecuali “Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adziim”.
Allah SWT menganugerahkan kita hidup dan menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk (fii ahsani taqwiim) sempurno lahir tumekaning batin, predikat seperti ini harus mampu kita pertahankan sampai kapanpun. Oleh karena itu, mensyukuri karunia yang Allah anugerahkan kepada kita ini maka tidak ada kata yang terucap selain kita harus memahami firman Allah “wamaa khalaqtul jinna wal insa illaa liya’buduun” yakni dengan meningkatkan “ibadah” kepada-Nya.
Salah satu ayat sebagaimana firman Allah yang termaktub di dalam surat An Nisa’/4 : 1 yang artinya :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.
Ayat di atas menyebutkan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada kita sebagai hambaNya agar bertakwa kepada-Nya yang telah menciptakan kita dimana proses keberadaan kita bermula dari 2 (dua) hamba Allah yang dipersatukan yakni Nabiyullah Adam AS dan Sayyidatul Hawa, kemudian terus berkembang menjadi milyaranmakhluk yang disebut “manusia” terdiri dari laki-laki dan perempuan dimana tujuannya adalah dalam rangka membangun rasa kasih sayang di antara sesama, lingkungan dan masyarakat.
Disamping itu, menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam AS berdasarkan hadist riwayat Bukhari dan muslim, di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam AS diciptakan. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
Oleh karena itu,kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah dan bertakwa kepada-Nya dengan orientasi silaturrahmi (bersaudara) dengan sesamanya sehingga menjadi manusia yang humanistik, sebagaimana Ronggowarsito pernah berujar : “dadio wong sing iso nguwongake wong, sing iso migunani tumrap wong liyane lan dadi wong sing bakal ditompo keuwongane dateng ingkang nyipto wong”. Eksistensi manusia akan menjadi berharga manakala mampu mempertahankan keyakinannya kepada Allah SWT. Jika kita melihat kehidupan dunia ini, dimana kemajuan teknologi begitu pesat berkembang dimana beberapa puluh tahun lalu rasanya masih sulit dijangkau, saat ini begitu mudah dijangkau lantaran kecanggihan teknologi. Lantaran kemajuan teknologi inilah ujian itu datang, bagaimana agar keimanan kita tetap terjaga di hadapan Allah SWT dan tidak tercerabut dari hati kita masing-masing. Guna menjaga keimanan kita tersebut maka paling tidak ada beberapa hal yang patut kita perhatikan, antara lain :
1)Takwa kepada Allah SWT dimanapun dan kapanpun kita berada;disamping itu tawadhu’, qana’ah (nrimo ing pandum), wira’i dan yakin serta teguh pendirian adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang yang bertakwa kepada Allah SWT;
2)Ilmu; sebagai sarana mutlak yang bisa ditawar sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang maksudnya : “Barangsiapa yang ingin mendapatkan kesuksesan di dunia ini maka carilah ilmu yang terkait dengan dunia. Barangsiapa yang ingin sukses di akhirat maka carilah ilmu yang terkait dengan akhirat”.Dan barangsiapa ingin memperoleh keduanya maka harus dengan ilmu”.
Oleh karena itu,guna mewujudkan masyarakat yang ber-etika karimah sebagaimana tradisi kultur (budaya)yangkita miliki yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sudah terkenal di seantero dunia antara lain : masyarakatnya ramah, religiusnya tinggi, kepeduliannya sungguh luar biasa dan lain sebagainya. Hal ini menjadi testimoni sebagaimana apa yang disampaikan oleh Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud bahwa masyarakat Indonesia sungguh mulia dan memiliki karakter serta nilai-nilai sopan santun yang tinggi. SubhanAllah.
Guna mewujudkan agar kita betul-betul memiliki komitmen pada negeri kita tercinta yang “gemah ripah lohjinawi toto tentrem kerto raharjo murah sandang murah pangan” maka 14 (empat belas) abad yang lalu sudah disebutkan bahwa kekuatan negara akan bangkit manakala ditunjang oleh 4 (empat) pilar :
1) Bi’ilmilulama (denganilmunya paraulama);
Ulama adalah lampu penerang dalam kehidupan dunia dan untuk kehidupan setelah dunia.Oleh karena itu, setiap orang harus mendekati ulama dengan sedekat-dekatnya agar bahagia hidup di dunia dan akhirat. Ulamamampumemberisolusipermasalahanhidup danulamajugamampumeluruskankehidupanmanusia yang telahbengkok.
2)Bi adillatil umaro (dengan keadilan para pemimpin/pejabat/pemerintah/penguasa);
Memilihpemimpin yang adiladalahkewajibanumatIslam.Pemimpin yang adiladalahpemimpin yang meletakkansesuatupadatempatnya.Pemimpin yang adiltidakakanmerampashakrakyat, malahhaknyadiberikankepadarakyat. Pemimpin yang adiljugaakanmenegakkanamarmakrufnahimungkarsesuaiperintah Allah SWTdanRasul-Nya.
3)Bisaqawatil aghniya’, yakni peran para aghniya (kemurahan orang-orang kaya/para konglomerat yang memberikan kontribusi kepada pemerintah/negara);
Negara akan makmur jika didalamnya banyak orang kaya yang pemurah, yang siap menjadi pengasuh bagi anak-anak orang miskin, sehingga tidak ada lagi orang miskin putus sekolah dan tidak ada lagi orang miskin kelaparan. Jika setiap satu orang kaya mau menjadi orangtua asuh bagi orang miskin, maka kita tidak akan melihat lagi orang miskin yang hidup dibawah jembatan. Negara tidak akan makmur jika didalamnya penuh dengan orang kaya yang egois,mereka membangun rumah lebih besar dari masjid, namun tidak peduli dengan rumah tetangganya yang tak layak huni.
4)Bidu’ailfuqara’walmasakin (doanya orang-orang lemah);
Orang miskin tidak mampu menyumbangkan harta, namun mereka mampu memanjatkan do’a yang merupakan otak ibadah. Tidak ada yang boleh meremehkan kekuatan do’a. Allah SWT berfirman :“Mintalah pada-Ku, niscaya Aku kabulkan untuk kalian”.
Itulah 4 (empat) pilar yang harus dimiliki oleh negara. Oleh sebab itu, bagi kita yang punya kelebihan harta, sumbangkanlah untuk keperluan bersama. Bagi yang menjadi pemimpin, jadilah pemimpin yang adil. Dan bagi orang yang tergolong kurang mampu, sering-seringlah berdo’a kehadirat Allah SWT. Semoga negara Indonesia menjadi negara yang baldatunthayyibatun wa Rabbun Ghafur.Aamiin Allahumma aamiin.*****
———————————–
*) Drs. H. Ahmad Ahmad Anas, M.Ag.; Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang
Copyright 2021-2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments